Perihal Jodoh PART 3 - Hak Suami dan Hak Istri Dalam Islam
Hak suami & istri dalam islam. Saking pentingnya sampai ku buat part khusus nih. Yuk, kita belajar sama-sama yaa
“... Dan mereka
(perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut.
Tetapi para suami, mempunyai kelebihan di atas mereka...” (QS. 2: 228)
Sering kita
dengar berbagai masalah dalam rumah tangga, mulai dari diem-diem, ribut-ribut,
atau sampai baku hantam hingga berujung perceraian. Selain dari komunikasi yang
miss, mungkin sebenernya semua masalah itu bersumber dari kurangnya pemahaman
soal pemenuhan hak-hak dan kewajiban pasangan.
Memiliki niat
meniakh untuk ibadah karena Allah, sama artinya kita menurunkan kriteria, ego
sekaligus juga ekspektasi. Ini yang sering kali jadi masalah utama kita, kaum
wanita. Jadi, ketika memiliki niat karena Allah, kita hanya berfikir yang
sesuai syariat aja, melaksanakan yang penting-penting saja dan yang utama.
Untuk ibadah, meraih ridha Allah. Masalah kita pun bukan lagi hal-hal yang
sebenernya tidak perlu dipermasalahkan.
Pernah aku
berfikir bahwa dalam suatu hubungan, harus saling akrab dengan kawan-kawan
pasangan. Tapi dalam islam justru mengatur batasan yang tegas dalam pergaulan
antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram, bahwa ada kewajiban untuk saling
menjaga kehormatan dengan menundukkan pandangan. Yaa,, tidak ada tempat lain
yang lebih aman bagi perempuan kecuali mahramnya. Dan betapa banyak permasalhan
rumah tangga berasal dari orang terdekat?
Kalo kita masih
berfikir, pasangan harus begini begitu sesuai kemauan yang ada di kepala,
sungguh sampai kapanpun kita ga bakal menemukan kebahagiaan dan akan selalu
meributkan masalah sepele. Manusia itu dinamis, akan selalu berubah. Hari ini
yang bikin kita bahasgia yang seperti ini, besok lain lagi, lusa lain lagi,
gituu terus ga selesai-selesai, ga puas-puas, kemaruk.
Islam mengatur
hak-hak suami dan istri dalam ukuran yang jelas sekaligus adil. Nah, hak-hak
ini harus bener-bener dipahami dari sudut pandangan keimanan oleh kedua belah
pihak, yang juga menjadi kewajiban masing-masing untuk saling memenuhi dan
melengkapi satu sama lain.
Sebelum
melangkah ke pmbasahan hak, ada satu poin penting yang harus diketahui oleh
semua pasangan. Bahwa masing-masing wajib bermuamalah dengan muamalah yang
bagus dan berakhlak mulia dengan akhlak yang terbaik untuk keluarganya. Akhlak
terbaik.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik
pada istrinya” (HR. At Tirmidzi 3/466, Ahmad 2/250, Ibnu Hibban 9/483. Hadits
ini dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh Al Albani)
Sudah tentu
barometer akhlak ini mengacu pada suri tauladan kita, Nabi Muhammad shallallhu
‘alaihi wa sallam sebagai uswah hasanah bagi seluruh umat. Seluruh umat lhoo
ya. Maasyaa Allah. Dalam riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik pada
keluarganya, dan akulah yang terbaik di antara kalian dalam bermuamalah terhadap
keluargaku” (HR. Tirmidzi)
Dalam kajian
Ust. Abu Adbillah Muhammad, ada 3 poin penting di dalam muamalah keluarga:
akhlak mulia, sikap lembut, dan menjadi yang terbaik. Terbaik dalam semua
perkara rumah tangga oleh masing-masing pasangan. Menjadi suami terbaik.
Menjadi istri terbaik. Sesuai dengan kadar kemampuan. Berusaha yang terbaik
agar dapat mencapai keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang
tenteram dan penuh cinta dan kasih sayang.
Jangan kebalik,
di rumah sembrono, semena-mena, tapi di luar santuun banget, loyal sama
temen-temennya. Ini jelas keliru, dan menyelisihi syariat. Kalo kata ust.
Syafiq, seharusnya ada tanda tangan istri di SKCK suami, sebab istri yang
paling tau perangai, sifat, watak asli suami ketika di rumah. Apakah benar
akhlaknya baik atau tidak dilihat dari muamalahnya di rumah.
HAK ISTRI
Dari
kajian Ust. Abu Abdillah Muhammad Afifudin Hafizhahullah berjudul, “Indahnya
Rumah Tangga dalam Bimbingan Islam” di t.me/NisaaAssunnah, ada 4 hak-hak istri
yang wajib dipenuhi suami.
1.
Hak
Nafkah
Hak nafkah wajib diberikan
dengan apa yang suami sanggupi dengan usaha terbaik. Suami memberi perkara yang
lebih. Dalam syariat islam, menafkahi keluarga adalah yang paling afdhol dan
utama.
“Hendaklah orang yang
mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang-orang yang
terbatas rezekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang
diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah
kesempitan.
Dalam QS. 2:233, “ ... Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada mereka (ibudan anak) dengan
cara yang patut”.
Urusan nafkah ini tida
main-main, saudara. Dari Jabir mengisahkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka
ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan
kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk
mendapatkan rezeki dan pakaian dari kalian.” (Bahjatun Nazhirim Syarhu
Riyadhush Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Id Al Hilali, Dan Ibnul Jauzi, Cetakan I)
“Dinar yang engkau nafkahkan
di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budah, dinar yang
engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau nafkahkan kepada
keluargamu, pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk
keluargamu”
“Apa yang engkau berikan untuk memberi makan dirimu sendiri, maka itu adalah sedekah bagimu, dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan anakmu, maka itu adalah sedekah bagimu, apa yang engkau berikan untuk memberi makan orang tuamu, maka itu adalah sedekah bagimu. Dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan istrimu, maka itu adalah sedekah bagimu, dan apa yang engkau berikan untuk memberi makan pelayanmu, maka itu adalah sedekah bagimu”
Referensi: https://almanhaj.or.id/2628-nafkah-untuk-sang-isteri.html
Termasuk dosa ketika suami
menyia-nyiakan nafkah keluarga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang
yang menjadi tanggungannya.” (HR. Abu Daud 1692, Ibnu Hibban 4240, dihasankan
oleh Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Apabila nafkah tidak
terpenuhi yang paling afdhol bagi para istri adalah bersabar untuk mendapat
keutamaan. Boleh juga membantu suami tapi tidak wajib. Pun berhak bagi sitri
meminta cerai apabila suami sudah kelewatan melalaikan nafkah.
2.
Hak
untuk dijaga, diayomi, diperhatikan dan diurus
Suami berkewajiban untuk
menjaga dan memelihara istri dengan sepenuh hati dari segala yang dapat
mencemarkan kehormatannya. Karena suami adalah pemimpin keluarga. Demikian pula
istri, pemimpin rumah tangga dan anak-anaknya.
“Setiap kalian adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir
(kepala negara), dia adalah pempimpin manusia secara umum, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah
pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin
dalam urusan harta tuannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah
bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai
pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya” (HR. Bukhari no 2554 dan Muslim
no 1829)
3.
Hak
untuk dididik dan dibimbing ilmu agama
Istri berhak mendapatkan
pendidikan ilmu agama atau berhak mendapatkan ijin mengikuti majelis ilmu untuk
meraih surga. Inipun kewajiban suami, sebagaimana firman Allah dalam QS. 4: 34.
“Laki-laki (suami) itu
pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki)
telah memberikan nafkahdari hartanya. Maka prempuan-perempuan yang shalih
adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak
ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Prempuan-perempuan yang kamu khawatirkan
akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di
tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika
mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.
Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar”
Yap, laki-laki adalah
pemimpin karena Allah melebihkannya atas perempuan dan perempuan yang shalih
adalah yang taat kepada Allah. Tentu pengertian taat ini harus dengan ilmu. Untuk
itulah menutut ilmu hukumnya wajib.
Firman Allah dalam QS.66:6
“Wahai orang-orang yang
beriman! Periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras,
yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu menyerjakan apa yang diperintahkan”
Firmah Allah yang
mengingatkan kita pada urgensi memilih pasangan sholih yang paham agama agar
dapat menyelamatkan kita dari api neraka
4.
Hak
mendapatkan kasih sayang
Mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik pada keluarganya. Ust. Abu Abdillah Muhammad
Afifudin menerangkan bahwa yang dimaksud baik di sini adalah lembut dalam tutur
kata, tingkah laku, santun, ramah, wajah berseri, dst.
Firman Allah dalam QS: 4:19
“Wahai orang-orang yang
beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan
janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari
apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan
keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut, jika
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak
menyukai mereka, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya”
Ibnu Katsir dalam Tafsir Al_Quran
Al-Azim 3: 400 menernagkan ayat diatas bahwa, “Berkatalah yang baik kepada
istri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian kepada istri. Berbuat baiklah
sebagaimana engkau suka jika istri berbuat demikian.” Jikapun ada yang tidak
disukai, “maka bersabarlah karena bisa jadi Allah menjadikan kebaikan padanya”
Banyaknya dalil dan perintah
berbuat baik kepada sesama mukmin, maka kepada istri seharusnya lebih baik
lagi. Bila ada yang tidak disukai, maka bersabarlah bisa jadi Allah menjadikan
kebaikan yang banyak padanya.
“Janganlah seorang mukmin
membenci mukminah. Apalagi ia membencinya karena ada satu perangai yang buruk,
pastilah ada perangai baik yang ia suka” (Shahih [Aadaabuz Zifaaf, hal 199],
Shahiih Muslim (II/1091, hlm. 469)
Di dalam hadist lain, beliau
juga pernah bersabda:
“Berilah nasihat kepada
wanita (istri) dengan cara yang baik. Karena sesungguhnnya wanita itu diciptakan
dari tulang rusuk yang bengkok. Sesuatu yang paling bengkok ialah sesuatu yang
terdapat pada tulang rusuk yang paling atas. Jika hendak meluruskannya (tanpa
menggunakan perhitungan yang matang, maka kalian akan mematahkannya, sedang
jika kalian membiarkannya), maka ia akan tetap begkok. Karena itu berilah
nasihat kepada istri dengan baik” (Muttafaq ‘alaih: Shahiih Al Bukhari IX/253
no 5186, Shahiih Muslim II/1091 no 1468 (60))
Sebagian ulama salah
mengatakan “Ketahuilah bahwasannya tidak disebut akhlak yang baik terhadap
istri hanya dengan menahan diri dari menyakitinya, namun dengan bersabar dari
celaan dan kemarahannya” Dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan bahwa para istri beliau pernah
protes, bahkan salah satu di antara mereka pernah mendiamkan beliau selama
sehari semalam” (Mukhtashar Minhaajul Qaashidin hlm 78-79)
Selengkapnya dalam https://almanhaj.or.id/1190-hak-hak-isteri-atas-suami.html
HAK SUAMI
Masih
dari kajian audio Ust. Abu Abdillah Muhammad Afifudin di t.me/NisaaAssunnah
berjudul “Indahnya Rumah Tangga dalam Bimbingan Islam”. Berikut hak-hak suami
yang juga menjadi kewajiban istri:
1.
Hak
untuk ditaati
Pernah dengar soal sujud kepada
suami? Yap, inilah perumpamaan yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Kewajiban istri untuk mentaati suami karena hak suami jauh lebih besar dengan tanggung jawab suami
yang begitu besar dan kedudukan suami yang lebih unggul.
Firman Allah dalam QS 2: 228,
“... Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka.
Allah Mahaperkasa, Maha Bijaksana”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas
istri-istri kalian dan istri-istri kalian juga memiliki hak atas kalian”
(Hasan: [Shahiih Sunan Ibni Majah no 1501], Sunan A Tirmidzi (II/315 no 1173,
Sunan Ibni Majah (I/594 no 1851)
Dan seorang mukmin yang pahamm, ia akan
selalu berusaha untuk memenuhi hak-hak istrinya tanpa melihat apakah haknya
sudah terpenuhi atau belum, karena ia sangat menginginkan kelanggengan cinta
dan kasih sayang di antara mereka berdua, sebagaimana ia juga akan selalu
berusaha untuk tidak memberikan kesempatan sedikitpun bagi syaithan yang selalu
ingin memisahkan mereka berdua (dalam https://almanhaj.or.id/2628-nafkah-untuk-sang-isteri.html)
“Seandainya aku memerintahkan
seseorang untuk sujud pada orang lain, maka tentu aku akan memerintahkan para
wanita untuk sujud kepada suaminya karena Allah telah menjadikan begitu
besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud no 2140,
Tirmidsi no. 1159, Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadist ini shahih)
Apakah kaum feminis menangis
membaca ini? Wkwk
Menurut ustadz, kata “seandainya”
menunjukkan itu hanya perumpamaan dan tidak dibenarkan untuk sujud kepada
manusia. Sujud hanya kepada Allah saja. Hadits ini menujukkan bahwa kewajiban
istri untuk taat kepada suami sangat besar. Dan balasannya pun tidak main-main
sobat.
“Jika seorang wanita selalu
menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta
betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada
suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini. “Masuklah
dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka” (HR. Ahmad 1: 191 dan
Ibnu Hibban 9: 471, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Yap, suami bisa menjadi jalan
bagi kita untuk masuk surga. Tapi juga bisa jadi jalan kita untuk ke neraka. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Pernah ditanyakan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?”
Jawa beliau, “yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati
suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya
sehingga membuat suami benci” (HR. AN-Nasai no 3231 dan Ahmad 2:251. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadist ini hasan shahih)
Hadits ini menujukkan
kedudukan seorang wanita. Dan seorang wanita yang paling baik adalah seorang
istri yang shaliha.
Al-Hushoin bin Mihshan
menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam karena satu keperluan. Selesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah
shallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah bersuami?
Bibi Al-Hushain menjadwab “sudah”, “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”
tanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, “Aku tidak
pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “lihatlah di mana keberadaanmu dalam
pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu” (HR Ahmad
4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahi sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam
Shahiih At Targhib wa At Tarhib no 1933) Selengkapnya: https://rumaysho.com/2205-kewajiban-istri-1.html
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah
berkata, “Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita
setelah hak Allah dan Rasul-Nya daripada hak suami” (Majmu’ Al Fatawa 32: 260)
Disebutkan oleh Ust. Abu
Abdillah Muhammad Afifudin, ada 3 klasifikasi perintah suami
1.
Perkara
wajib syariat. Ada 2 keutamaan yang didapatkan istri yakni menaati suami dan
pahala ibadah wajib
2.
Perkara
sunnah. Bila dilaksanakan, istri mendapat 2 keutamaan: taat suami dan ibadah
sunnah yang dikerjakan
3.
Perkara
mubah. Mendapatkan 1 keutamaan yakni mentaati suami dalam perkara mubah seperti
membuatkan kopi dll
4.
Perkara
yang dilarang. Wajib ditolak. Suami dzalim namanya. Misalnya perintah mencukur
alis, atau melepas jilbab dan berdandan saat keluar rumah, melakukan hub badan
saat haid, atau melalui dubur, dan semua tindakan maksiat lain yang
bertentangan dengan syariat. Semua itu tidak boleh ditaati.
Semunya menjadi ladang pahala
bagi istri bila dilaksanakan dengan tulus ikhlas dan hati yang ridha, kecuali
yang terakhir yaa, jelas pelanggaran. Hak-hak suami untuk ditaati ini berlaku
untuk semua hal yang istri lakukan, misal puasa sunnah ketika suami di rumah
harus dengan izin suami, atau ketika hendak keluar rumah. Karena tidak halal
seorang istri pergi keluar rumah tanpa seizin suami apalagi tanpa ditemenin
mahramnya. Ini pelanggaran syariat yang tidak diridhai Allah kecuali ada udzur
yang memaksa. Pembahasan yang lain.
Apalagi urusan ranjang yaa. Hawa
nafsu yang satu ini kalo ga tersalurkan dengan baik alamat jalan masuk
syaithanirrajiim. Islam memperhatikan betul perkara ini, dan ditegesin banget
dalam beberapa dalil.
Dari Abu Hurairah, Nabi
shallalhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang pria mengajak istrinya ke
ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya maka malaikat akan melaknatnya hingga
waktu shubuh” (HR Bukhari no 5193 dan Muslim no 1436)
Dalam riwayat Muslim
disebutkan dengan lafazh, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah
seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si sitri menolak
ajakan suaminya melainkan yang di langit (penduduk langit) murka pad aistri
tersebut sampai suaminya ridha kepadanya’ (HR. Muslim no 1436)
Bagi perempuan nampak seperti
beban yaa. Soalnya apa yang ada di kepala kita kan rumah tangga itu syahdu,
teduh, teman hidup bukan soal ranjang. Tapi emang beda sama lakik, bu. Allah “melebihkan”
mereka dalam perkara ini. Jangan dijadikan beban yaa.. tapi ibadah. Jangankan
ranjang, berbuat baik sehari-hari aja nilainya ibadah bila Allah ridha. Urusan ranjang
inipun ada aturanya dalam islam seperti doa dan adabnya. Jangan sembarangan
yaa. Semoga Allah memberi anugrah suami sholeh yang memahami keadaan istri baik
fisik dan psikis karena ini termasuk udzur (misal sakit) yang harus dimaklumi.
2.
Hak
untuk dilayani lahir dan batin
Sudah disinggung sebelumnya
yaa layanan biologis. Termasuk pekayanan soal makan, pakaian, hunian yang
nyaman, dan suasana yang bikin suami betah di rumah. Termasuk juga pendidikan
anak yang salih menjadi penyejuk orang tua. Semua itu adalah tugas istri
seperti dalam hadits, “seorang istri adalah pemimpin dalam rumah tangga suami
dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka”
Taukah? Kisah shahababiyah
Asma bintu Abu Bakar Ash-Shidiq yang menikah dengan Zubair bin Awamm, salah
satu sahabat nabi yang dijamin masuk surga
Dari Asma’ binti Abu Bakar ia
berkata, “A Zubair bin Awwam menikahiku, pada saat itu ia tidak memiliki harta
dan budak, ia tidak memiliki apa-apa kecuali alat penyiram lahan dan seekor
kuda. Maka aku bekerja untuk membantu suamiku, yaitu memberi pakan kuda, merawat
kudanya, mencari rumput, mengambil air minum, mengisi embernya dengan air,
serta membuat adonan roti. Selain titu aku juga memikul benih tanaman dari
tanah milik Zubair yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
seluas sepertiga farsakh”
Asma radhiyallahu ‘anha putri
sahabat terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengeluh dengan
kehidypannya yang sangat sederhana, bahkan ia ikut bekerja berat. Sangat qonaah
dan berjuang gigih untuk keberlangsungan kehidupan rumah tangganya. Tidak hanya
mengurus rumah tapi juga membantu pekerjaan suaminya dan masih pulak ikut
perang bersama suaminya. Laah saya, dijamin surga engga, ngeluuh aja idupnya,
ngomel lagi. Allahumaghfirlii
3.
Hak
untuk bersenang-senang
Ini artinya memaskimalkan
potensi kehalaln yang ada ya sistt ehe tentu dengan adab dan aturan syari yang
sudah diatur. Misalnya dandanterbaik, memakai wawangian (boleh hanya untuk
suami). Memakai baju yang suami senangi, atau perhiasan. Apapun semuanya halal
dihadapan suami. Tapi kalo kata suaminya iya iya aja apa aja yaa Alhamdulillah ‘ala
kulli hall dibicarakan
“sebaik-baik istri ialah yang
engkau senang jika melihatnya, taat jika engkau perintah dan menjaga dirinya dan
hartamu saat engkau pergi”
Kata orang cinta tidak bisa dipikir pake
logika. Begitupun pernikahan dan hukum-hukum syari yang Allah atur di dalamnya.
Kalo kita masih memaknai pernikahan dengan orientasi duniawi, dengan ukuran
manusia, pendapat orang-orang, apalagi pake pemikiran-pemikiran barat yaa jelas
siji ngetan siji ngulon, gak nyambung. Bakal jadi bebaan terus seterusnya. Sementara
nikah itu nilainya ibadah di sisi Allah bila niat kita juga untuk Allah dan
berhadiah surga dari Allah.
Seringkali ketika dianugrahi kelebihan,
kebahagiaan, kita lupa bahwa semua yang terjadi adalah kuasa Allah. Kita lupa
bersyukur dan mensyukuri. Lupa bahwa cinta yang dirasakan adalah tanda
kebesaran Allah dan harus kita jaga pula sesuai aturan-Nya. Akan kerasa nanti
ketika datang ujian yang tidak kita sangka sebelumnya. Kepada siapa lagi kita
minta jalan keluar kecuali pada Allah? Tapi bagaimana bisa kita mendapat jalan
keluar bila tidak mengenal Allah, tidak mau memahami hukum-hukum Allah? Yap,
pondasi agama dalam pernikahan itu penting banget. Sebab hanya hukum Allah yang
paling benar dalam setiap permasalahan kita, juga menyelamatkan kita dunia
akhirat.
Jadi apapun masalah dalam pernikahan
kita, jawabannya adalah evaluasi dan muhasabah. Sampai di mana kita telah
menunaikan kewajiban kita? Apkaah semua hak-hak pasangan sudah terpenuhi? Ingat,
ketika kita melibatkan Allah dalam hidup kita maka masalah kitapun bukan lagi
soal suami tidak romantis, atau tidak puitis, atau tidak begini begitu sesuai
kriteria kita. Apalah artinya kriteria, coret besar. Bukan itu yang harus kita
permasalahkan sebenernya.
Sungguh Allah Mahabaik Mahabijaksana. Allah
yang Melembutkan hati dan membolak-balikkan hati. Semoga Allah memberi anugrah
teman hidup shalih yang mencangkup seluruh kebaikan dunia dan akhirat.
Komentar
Posting Komentar