Pengasuhan Aisha

Bismillaahirrahmaannirrahiim


Huwaa sudah lama banget sejak terakhir nulis blog. Dan menulis tentang parenting adalah hal pertama yang ingin ku tulis sejak setaun hiatus. Mbok keburu ilang ingatan ini. ehe

Hari ini 6 Ramadhan 1443H. Berdasarkan kalender Hijriyah, sebentar lagi kamu 2 tahun. Itu artinya sebentar lagi kamu mau disapih. Ummi banyak mengingat-ingat tentang hari-hari yang sudah kita lewati bersama. Masyaa Allah sungguh suatu nikmat pemberian Allah yang tidak akan pernah bisa tergantikan dengan nikmat apapun jua, pun dengan segala keindahan di dunia ini.

Ummi ingat betul tahun pertama kamu lahir, Ummi sedang semangat-semangatnya belajar ilmu agama. Dan di sinilah ummi menulis. Bukan karena ummi sudah jago, bukan untuk mengajari siapa-siapa. Tentu saja menjadi catatan untuk ummi sendiri, sebagai pengingat diri. 


Yang pertama dan paling utama adalah meluruskan niat dan menentukan gaya pengasuhan apa yang mau diterapkan.

Salut banget sama temen-temen yang mau belajar bareng, mau diskusi, tanya-tanya jadwal kelas parenting, meskipun statusnya masih jomblo. Masyaa Allah, pengasuhan anak itu memang bukan sekedar ngurusin makan, tidur anak doang. Tapi pola pikir dan perkembangan mindsetnya yang kelak berpengaruh besar dalam kehidupannya adalah tanggung jawab orang tua. Apakah nanti ia tumbuh dengan berjiwa besar dan menjadi pemenang dalam kehidupan, ataukah ia tumbuh menjadi anak yang kerdil jiwanya dan menjadi beban masyarakat: suka menindas dan merebut yang bukan haknya menjadi cikal bakal koruptor, orang-orang yang dzalim. Na'udzbulillah. Semua itu diawali dari pendidikan keluarga di rumah.

Betapa islam sangat menaruh perhatian besar dalam keluarga karena dari sanalah generasi penerus umat terbentuk. Pendidikan pertama yang diterima anak-anak kita. Jadi, kalo yang sempat ramai dibahas childfree tanpa ada udzur/alasan medis, ku harus bilang kalo itu jelas menyelisihi syariat islam. Islam itu memang mengatur kehidupan kita, itulah fungsi pedoman. Apalagi kalo alasannya males ribet, takut tidak bisa mendidik, dsb. Memang kok ya, kedewasaan yang sesungguhnya adalah ketika kita memiliki anak dan menjadi orang tua.


Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 187

" ... dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu .."

Abu Hurairah, Ibnu Abbas dan Anas bin Malik dan lain-lain Imam dari kaum Tabi'in menafsirkan ayat diatas dengan anak (Tafsir Ibnu Katsir). Sumber: "Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti" - Abdul Hakim bin Amir Abdat - Pustaka Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta.


Banyak sekali keutaman memiliki anak. Tau ga? Cerita soal seseoang yang ditinggikan derajatnya di surga karena doa anaknya.

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sesunguhnya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajatnya disurga. Lalu ia berkata, "Bagaimana aku bisa mendapatkan ini?" Dikatakan kepadanya, "(ini) disebabkan istighfar dari anakmu (kepada Allah) untukmu". (Riwayat Muslim, dll)


Soalnya kalo ga punya orientasi akhirat mau dibawa kemana kehidupan kita ini kan? Jenjang kita setelah menjadi orang tua ya menjadi penghuni alam kubur. Bentar lagi selesai, hanya Allah yang tau sepanjang apa umur kita. Tidak ada yang bisa kita bawa kecuali amal ibadah yang menyertai kita. Dan doa anak shalih menjadi salah satu amal yang tidak terputus, mengalir terus meskipun kita telah berakhir menjadi tanah.

Dari Abu Hurairah, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Apabila manusia itu telah mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya" (Riwayat Muslim, dll)

Memang, tidak ada orang tua yang menginginkan balasan dari semua yang sudah diberikan untuk anak, tapi satu yang aku yakin banget, setiap orang tua pasti menginginkan anak-anak yang berbakti. Balik lagi ke orang tua dan memang tugas orang tua untuk mengembalikan anak pada fitrah islam. Atau barangkali kita biarkan ia tumbuh sendiri lalu menjadi sholeh dengan sendirinya? 

Sekali lagi penting untuk menentukan niat dan gaya pengasuhan, agar kita memiliki batasan yang jelas dan tegas. Ketika kita udah ambil "islamic parenting" misal, jangan sampai kita ajarin juga untuk makan makanan haram, berbohong, berkata kasar, bertingkah tidak sopan, tidak beradab, dan lainnya yang tidak mencerminkan adab dan perilaku seorang muslim.

Menentukan niat juga menjadi kontrol bagi kita, ketika kita bertemu hambatan atau semisal lagi kendor semangatnya, inget niat lagi, koreksi lagi, luruskan niat lagi, muhasabah. Pasti trial and eror akan selalu ada. Sungguh rumah tangga itu memang ibadah sepajang usia. Juga harus dibicarakan dan disepakati bersama pasangan dan orang di rumah. Apalah artinya niat dan gaya perenting yang brilian kalo pasangan kita ga sejalan. Misal kita udah ajarin untuk, "sayang tanaman ya nak. Tidak boleh dipetik" Eh, pas sama bapakne dipetikkin kembang, kan eror. Ketegasan ini penting untuk menumbuhkan wibawa kita, dengan harapan anak dapat memiliki rasa hormat dan segan kepada orang tua. Bersahabat boleh tapi ada batasannya dan adabnya. 

Sekali lagi tidak ada orang tua yang berharap pamrih dari anak-anaknya. Tapi aku yakin 100% yang selalu menjadi doa orang tua adalah anak-anaknya yang sholeh/sholeha dan berbakti. Nah, sholeh/sholeha dan berbakti ini kan ga bisa muncul begitu saja. Butuh dididik, diarahkan, dan dicontohkan ya kan pak buu?


Kenapa sih harus anak sholeh?

Ya karena hanya keshalihan yang menjadi penyejuk hati. Kalo hati udah sejuk, udah deh, ga ada definisi kebahagiaan lain. Bener kata orang , harta yang paling berharga adalah keluarga. Karena itulah fitrah kita sebagai manusia: beriman dan berkasih sayang untuk mencapai ketenangan hidup. Firah adalah keadaan awal manusia, kondisi asli, kecenderungan alami, bawaan, yang tidak akan tertolak. Jadi kalo belum nemu fitrah dalam diri kita ya bakal gelisah terus.

"Dijadikan terasa indah dalam padangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik"

(QS. Ali-Imran: 14)


Sepenting apa sih pendidikan anak?

Oke, jadi begini. Aku ingat kata khalifah intinya, "Bila ingin melihat masa depan bangsa, maka lihatlah generasi mudanya sekarang". Sesuai banget sama yang pernah disampaikan Bung Karno, "berikan aku sepuluh pemuda makan akan aku goncangkan dunia" Yap, cuma butuh sepuluh pemuda aja lho. Ya, husnudzon aja barangkali selama ini kurang satu dan mungkin yang satu itu anak-anak kita, generasi penerus bangsa, negara, dan umat. Kalo sekarang kita biarkan saja ketika anak-anak berbohong, menipu, manipulasi atau mengambil yang bukan haknya, ya tidak heran bila kelak nanti negeri ini dikuasai oleh tikus-tikus berdasi.

Betapa sesungguhnya tugas orang tua itu sangat visioner yaa, bu. Kita memang tidak bisa menjamin masa depan anak-anak yang gemilang. Tapi kitalah yang membuat cetak biru perkembangan otak dan mindsetnya. "Blue print" ini bahkan terbentuk sedari dalam kandungan. Itulah kepada ibu hamil harus tetep happy, tidak boleh stress dan terganggu. 

Memang tidak ada orang tua yang sempurna tapi tiap orang tua pasti mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apapun cerita masa lalu kita. Seluka apapun itu, jangan sampai berimbas ke anak. Hargai, terima dan maafkan masa kecil kita sebagai proses pendewasaan untuk masa depan yang lebih baik. Oke, jadi setelah niat dan konsep, selanjutnya adalah praktek. Aku rangkum beberapa poin yang menurutku ngaruh banget dalam perkembangan Aisha, termasuk mengusahakan Aisha bisa hafalan diusia 2 tahun, diantaranya:

1. Stimulasi

Jadi, milestone itu bukan sekedar tumbuh fisik dan kemampuan tapi juga daya nalar dan kritis. Sejujurnya, sebagai orang tua yang santuy aku gak punya target apa-apa soal ini, misal 1 tahun dia udah bisa jalan, ngomong, dsb. Dan juga gak suka banding-bandingin anak (jangan sampai). Perhatianku cuma satu, yang penting tumbuh kembangnya gak telat, karena takutnya ada indikasi medis yang perlu tindakan cepat. Jadi, aku kasih stimulasi yang sewajarnya aja misal tummy time di lantai (kadang dialasi selimut tebal dan sajadah, inipun aku sadari belakangan pas Aisha udh 9 bulan), titah, pijat bayi modal nonton yt, dan yang masih sampai Aisha 1, 5 taun adalah nyeker alias barefoot. Atas kuasa Allah langkah pertama Aisha dimulai sejak usianya 10 bulan, dan 11 bulan dia bisa mulai dari 5 langkah, 11 langkah. Begitupun dengan bicaranya. Masyaa Allah tabarakallah, secepat itu.

Aku bahkan lupa kapan dia mulai merangkak dan duduk sendiri karena langsung jalan. Dan ku sadari belakangan juga, ternyata kalo skip merangkak bisa menjadi awal dari berbagai masalah tumbuh kembang. Akhirnya setelah 1 taun lebih Aisha belajar merangkak lagi dan baru berhasil (bisa merangkak dengan baik) di usianya yang hampir 2 tahun. Penting sekali kita menemukan komnuitas semacam birth club. Karena dari situ kita akan menemukan banyak teman seperjuangan sekaligus juga informasi. Bahwa tumbuh kembang anak sebaiknya diusahakan dengan optimal dan bisa diarahkan dengan permainan sederhana yang menarik.

Stimulasi bahasa pertama yang aku ajarin adalah mengenal orang dan benda. Jadi setiap ketemu seseorang selalu aku sebut namanya, aku kasih tau panggilannya. Setiap benda yang dia lihat dan pegang aku kasih tau "ini namanya ini", "ini buat ini". Di usia 1 taun, Aisha udah mengenali orang rumah dan tetangga satu komplek dengan pengucapan yang masih gemoy sekali, "wawyy" untuk Shafy, "eli" untuk Sherly, "ibuu", "teteh", "budhe", "tante", "kakak abijhal", "kakak ayel", mamas ini mamas itu om ini om itu. Karena emang ini yang aku ajarin pertama, menyapa, beramah tamah agar dia tumbuh percaya diri, gak takut ketemu orang. Soalnya emaknya ini termasuk yang susah sosialisasi, jangan sampai yang jelek-jelek ini nurun ke anak.

Juga bisa menyebut hampir semua benda dan hewan di rumah juga sekitar. "Kipas" adalah kata pertamanya, dan "sikak gigi" untuk sikat gigi jadi gabungan kata pertamanya. Lalu ia bisa sebut "acamata" (kacamata), "tanduk ruca" (tanduk rusa), "upuk-upuk" (kupu-kupu), Ngerti konsep sederhana "macuk" untuk memasukkan benda ke dalam wadah (beresin mainan), dan "aca uku" tiap kali dia liat buku minta dibaca. Atau menyebut aktivitas orang lain seperti ngepel, nyapu, masak, cuci. Pernah lewat depan rumah orang yang lagi cuci motor, trus dia tiba-tiba bilang "cuci" padahal rasanya ku ga pernah ngasih tau gimana cuci motor wkwk Mungkin karena dia liat ada air dan sabun.

Diusia yang sama, Aisha tau buang sampah sambil bilang "ampah", "bwang" sambil bawa plastik sampah jalan sendiri ke tempat sampah. Tanpa disuruh. Huhuh terharu. Suka tiba-tiba ngitung sendiri satu sampai sepuluh, meski loncat dari 3 ke 5 lanjutannya bener. Menyebutkan hijaiyah meski secara acak, Bermodal ummi tiap hari nyebutin semua itu satu satu. Tidak terpaku pada pencapaian ya bu tapi proses. Jangan puji hasilnya tapi prosesnya, "wah, hebat nak sudah berusaha untuk membaca, berhitung, dan mengingat yaa. Terima kasih anakku"


2. Membaca Buku dan Bercerita

Ini yang paling krasa banget manfaatnya.

Bercerita dimulai sejak ku hamil usia 5 bulan. Waktu udah ngrasa lebih sehat dan bisa beraktivitas karena ku hamilnya teler parah. Dari aplikasi kehamilan aku tau kalo membacakan buku atau bercerita untuk janin bermanfaat luar biasa untuk perkembangan otakknya. Karena keterbatasan ilmu, aku belum nemu buku untuk newborn saat itu. Jadi seringnya ku ceritain aja, "Halo, nak. Assallamu'alaikum, pagi ini kita jalan-jalan nih" sampai kontrol juga, "Nak, barusan kita ketemu dokter, Alhamdulillah kamu sehat" sampaikan juga doa-doa baik, dilafalkan. Membacakan Al-Qur'an adalah yang utama.

Sampai ketika Aisha lahi ku masih belum nemu buku faceless yang bagus. Pengen bener-bener nyari yang sesuai sunnah biar kuat melekat di hatinya. Qadarullah, baru ketemu buku-buku faceless di usia Aisha ke 5 bulan dan masyaa Allah ternyata buku-buku faceless untuk anak tuh banyak banget pilihannya, gemes-gemes, tidak membosankan seperti yang aku bayangkan selama ini. Sampai akhirnya sekarang jualin buku-buku faceless. Gak bisa diem aja aku tu kalo ada buku anak bagus. Dunia harus tau dan udah ngrasain sendiri betapa dahsyatnya membacakan buku untuk anak-anak, biidznillah.

Ntar deh ku kasi rekomendasi buku-buku bagus untuk bayi di cerita yang berbeda yaa ehee

Sudah tau kan manfaat membacakan buku untuk janin? Selain membangun dan menguatkan bonding, membacakan buku juga dapat meningkatkan kinerja otak, daya ingat, kemampuan literasi dan meningkatkan fokus anak. Ini yang aku ngrasain banget di Aisha. Aisha jadi lebih fokus, dia jadi punya habit untuk memperhatikan apa yang ummi sampaikan, termasuk soal hafalan. Insyaa Allah nanti kita akan cerita lebih lengkap tentang hafalan anak yaa.


Sebelumnya, kami punya waktu khusus untuk bacakan buku tiap pagi badha shubuh dan sore jelang maghrib. Sekarang udah seminta dia aja dah, soalnya tiap liat buku selalu minta dibaca. Masyaa Allah. Kalo sekarang anak masih sulit diajak baca, atau masih diem aja ketika dihadapkan pada buku, tidak apa buk. Jangan kasih kendor. Terus ajak baca dengan nyaring dan menyenangkan. Kalo anak maunya acak-acak buku pun tidak mengapa, justru itu menjadi tanda anak tertarik dengan buku. Tinggal gimana kita telaten untuk menjelaskan isi dan ilustrasinya. Ada yang bilang, bila saatnya nanti tlah tiba akan menjadi ledakan literasi dalam diri anak atas izin Allah.


3. Tanpa Musik dan Gambar Makhluk Bernyawa, Juga Gadget

Sudah jelas bagi kita soal haramnya musik dan mengisi rumah dengan gambar makhluk bernyawa, sebab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa malaikat tidak mau memasuki rumah yang ada gambar makhluk bernyawa. Ternyata tuh hikmahnya banyak banget. Coba deh bandingin sendiri kualitas hidup kita antara dengerin musik full (islami sekalipun) dibandingkan dengan mendengarkan murotal dan kajian! Pasti vibesnya beda banget. Ngaruh ke mood, suasana hati, alam bawah sadar. Apalagi buat yang punya hapalan nih. Wah, bisa porak poranda sekali dengerin musik. Bener, sengaruh itu. Buat anak-anak juga. Dan aku ngrasain banget di Aisha.

Satu tahun pertama, Aisha bener-bener tanpa musik (dari mainan sekalipun- kami tidak pasang batre) dan tanpa makhluk bernyawa (mata boneka kami cabut atau tutup dengan kain dan gambar mata makhluk bernyawa pada baju kami tutup dengan spidol). Ini bantu banget ke fokus anak. Anak jadi lebih fokus sama dunianya, lebih fokus sama kita, dan jadi lebih mendengarkan arahan dengan baik. Musik, gambar, gadget bisa membuat anak terlena, kinerja otak anak pun jadi pasif karena anak hanya menonton dibandingkan dengan bermain lego misalnya, anak-anak juga akan terlatih untuk menjadi kreatif dalam memecahkan masalah. 

Masih inget kan bu? Di masa janin, suara ibunyalah yang paling dominan ia dengar dan menjadi rangsangan perkembangan sel otak anak. Nah, bayangin ketika ada distraksi lain seperti musik dan visual yang ada di dalam gadget. Suara ibunya bukan lagi hal yang penting dan istimewa dalam hidupnya. Akan kerasa sekali ketika anak jadi mudah tantrum, marah dan susah diarahkan. Semangat ya buu kita puasa gadgetnya

Ketika fokus anak terjaga insyaa Allah kita jadi lebih mudah mengajarkan nilai-nilai kebaikan juga hafalan. Semoga Allah memudahkan.

4. Nutrisi dan Pakaian yang Halal

Ini pun penting. Salah satu syarat diterimanya amal ibadah manusia adalah makanan, minuman, dan pakaian halal. Ini yang kami perhatikan banget ketika punya anak. Tanggung jawab kita, orang tuanya, memastikan apa yang dimakan dipakai gak cuma baik dan nyaman tapi juga aman dari hisab. Jangan sampai yang tumbuh dalam tubuhnya adalah dari makanan dan minuman yang haram, yang asalnya dari harta haram. Na'udzbillah.

Yap, asupan. Penting di masa awal kehamilan sampai anak MPASI. Bener banget kampanye pemerintah soal 1000 hari pertama kehidupan anak tu memang masa emas pertumbuhan yang harus optimal. Sebab kalo nanti udah gede udah bisa milih makanan sendiri jadi ga terpantau lagi status gizinya. Kurma, zamzam adalah yang terbaik. Selama tinggal di Mekah sampai hamil usia 3 bulan di sana, ku tidak pernah beli minum karena langsung ngangsu di Masjidil Haram. Eiitt, tapi tenaang buat yang mau ikhtiar zam-zam sekarang dah banyak kok yang jual onlen di Indonesia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik (thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib). Dan sesunguhnya Allah memerintahkan kepad akaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih' (QS. Al-Mu'minun: 51). Dan Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu' (QS. Al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan seseorang yang lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, 'Wahai Rabbku, wahai Rabbku'. Padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul" (HR. Muslim no. 1015)

Menjadi salah satu sebab tenangnya hidup! Jadi kalo misal udah banyak usaha tapi anak masih suka rewel, susah diatur, susah hafalan atau hidup kita masih ga tenang meski udah ibadah jungkir balik. Mungkin.. ada sumber yang tidak Allah ridhai masuk ke jalan hidup kita. Muhasabah.


5. Senantiasa berkata dan berbuat baik kepada anak

Termasuk diantaranya sikap dan perkataan yang baik, benar, jujur, tidak mengelabui (qaulan sadidan). Ketika kita masih berfikir bawha cara ampun untuk membuat anak mengerti adalah dengan cara membentaknya atau kasar padanya. Ini jelas adalah kesalahan terbesar. Ada gitu anak yang geser dikit langsung di bentak, dimaki, dihina, diledek. Meskipun itu hanya bercanda, misal "ayo kamu jalan, ini kakinya buat apa kalo ga buat jalan" dsb yang ku juga gak tega ngetiknya. Jangankan ngejek, main bohong-bohongan, kita mengelabui anak dengan sesuatu yang tidak real aja gak boleh ya buuk. Ngajarin boong namanya. Apa sih yang terjadi dalam jiwa anak yang suci bersih ini ketika orang terdekatnya suka meledek? Kepercayaannya pada orang tua akan terkikis dan kepercayaan dirinya runtuh. Sama sekali ga lucu untuk psikologi anak/

Padahal kita sendiri tau bahwa kata-kata yang kita percayai adalah yang enak didengar dengan kalimat yang positif dan penyampaian yang baik. Ketika kita selalu menyampaikan segala sesuatu dengan baik benar menyenangkan, maka anak-anak jadi lebih mudah memahami sesuatu terutama kondisi diri dan lingkungan. Anak-anak lebih mudah menyerap informasi ketika ia bersuka cita. Termasuk juga pengenalan risiko. Itu yang membuat kami -kata orang- terlalu santai karena sering membiarkan Aisha jatuh dan bangun sendiri (dengan pengawasan) untuk mengenalkan ia tentang jatuh agar ia belajar untuk hati-hati, "Aisha itu tadi namanya kepeleset, kejedot, jatuh". Yang jelas daripada menyalahkan benda mati semacam meja, kursi atau tembok sambil bilang benda-benda itu nakal. Lebih baik belajar jatuh aja kan. 

6. Membiasakan Kebiasaan Baik

Anak-anak bener kertas kosong dengan pola fitrah. Kalo kita biasakan ia menangisi hal yang tidak perlu ditangisi ya jangan heran kalonantinya anak bakal cengeng. Kalo g apengen anak manja ya jangan diajarin manja. Misal "Yah, ditinggal abi.. Yah, abi pergi.. Yah, kasian ditingal". dst. Atau sebaliknya, "Yah, abi pergi. Aisha ikut sana ikut" Jadii, ketika orang tua pergi antara dia bakal nangis-nangis atau minta ikut gamau ditinggal. Repot kan ya bu. Kalo kita hindarkan anak dari kalimat-kalimat ini, bener deh, gak dua-duanya. Seperti Aisha di 22 bulan saat ini, ditinggal Abi kerja dia sama sekali gak rewel. Pas dipamitin cuma bilang "emooh" dengan tampang sedih tapi ga nangis. Ditinggal ummi pun jarang banget dia nangis-nangis heboh. Kecuali udah dijanjiin buat pergi, atau ditinggal dalam kondisi ngantuk dan laper.

Kasus lain. "Awas jangan ke sana da bebek tuh awas, ada kucing tuh awas,. hih, takut takut" Ntar kalo jadi anak yang penakut sama hewan-hewan lucu tadi bingung, "ih sama bebek takut, sama kucing takut" Padahal ketakutan itu tumbuh dari sounding kita, perkataan kita hanya karena kita gak mau repot nemenin eksplornya.

Tapi ya memang pengasuhan itu bukan sekedar orang tua ke anak, tapi juga lingkungan. Pernah Aisha pulang-pulang bawa kosa kata baru yang aneh-aneh yang gak pernah diajarin ummi abinya. Pernah juga dia ketemu sama anak laki-laki usia 5 taun yang bertingkah kasar, buang sampah sembarangan -padahal Aisha udah diajarin buang sampah sendiri-, main kucing dipukulin -padahal Aisha selalu diajarin sayang binatang-, masuk rumah gak permisi. Besoknya Aisha ikutan nendangin kucing, injek-injek daun. Duh, sebelumnya mana pernah begitu.


7. Terakhir adalah mendoakan. Ini yang paling utama sekali. Doa adalah kekuatan seorang muslim. Karena tidak ada yang paling kuasa dari Allah, Dzat yang menguasai kehidupan semesta dan semua makhluk bergantung pada-Nya. Mudah bagi Allah untuk menetapkan takdir, mudah pula bagi Allah merubah takdir. Doa adalah senjataumat muslim, kalo aku bilang "doa adalah nyawanya" kita. Apalah artinya usaha kita tanpa melibatkan Allah, gak tau diri namanya. Padahal Allah yang atur semuanya, setiap hal yang selalu kita bilang "kinerja semesta", semua itu dari Allah, kawaan.

Termasuk dalam peran kita sebagai orang tua. Mendoakan anak sholeh adalah sebuah keharusan. Gak usah disuruh sih ya, pasti semua mintanya anak sholeh. Tapi ya jangan hanya berdoa pas butuh aja pak buk, atau hanya doa pas lahiran aja. Harus sepanjang usia, selama statusnya menjadi anak. Ya, selamanya. Karena yaaah, hati manusia terbolak-balik: iman naik turun.

Memulai doa anak shaleh ketika ia masih berada dalam sulbi ayahnya, saat jimak. Sudah tau kan ya bu doanya? Lalu semakin intens ketika hamil. Saat proses penciptaan janin, mulai dari 40 hari pertama sebentuk nutfah (mani yang menggumpal), 40 hari kedua menjadi alaqah (segumpal darah), dan 40 hari berikutnya menjadi mudghah (segumpal daging), lalu ditiupkan ruh dan ditetapkan baginya 4 perkara: apakah ia akan tumbuh dengan normal sehat sempurna, apakah kehidupannya akan baik, rejekinya banyak, dan kapan rejekinya habis sampai ajalnya tiba. Semoga Allah membuat ketetapan untuknya dalam kondisi yang baik, paling baik, terbaik. Doa orang tua kepada anaknya pun termasuk dalam doa golongan doa yang mustajab. Apalagi ibu hamil, dalam kondisi fisik dan psikis yang lemah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua (kepada anaknya), doa orang yang berpuasa, doa orang yang sedang safar" (HR. Al Baihaqi dalam Sunannya no 6619, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah)

Dalam riwayat lain,

"Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi" doa orang yang terdzalimi, doa orang yang sedang safar, doa orang tua kepada anaknya" (HR. Tirmidzi no. 1905, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Masyaa Allah, ketetapan Allah tuh memang Maha Sempurna. Dibalik perjuangan tenaga dan emosional dalam mendidikan anak ada hal yang sangat istimewa, doa orang tua yang tidak tertolak. Tentu ini kembali ke tingkatan iman masing-masing di sisi Allah. Wallahua'lam bisshawab. Hanya Allah yang paling tau.


Ingat juga untuk selalu berbuat baik kepada orang tua, meskipun beda manhaj, apalagi perkara remeh semisal beda pendapat dalam urusan dunia, sungguh tidak perlu ribut-ribut sampai bermusuhan. Barangkali kebahagiaan yang kita rasakan dari Allah sepanjang hidup kita ada dalam doa-doa orang tua kita untuk kita selama ini. Eh, malah ngomongin kita.

Mendoakan juga adalah bukti cinta dalam tingkatan mencintai yang paling tinggi. Doakanlah anak kita, pasangan kit, dengan doa-doa yang baik-baik, yang Rasulullah ajarkan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata 'Dan bagimu juga kebaikan yang sama'" (HR. Muslim)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin rahimahullah berkata "Mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya menunjukkan jujurnya keimanan seseorang. Hal ini karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah sempurna keimanan kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" (Syarh Riyadhus Shalihin, 6-54)


Qadarullah wa maasyaa a fa'ala

Apapaun yang terjadi semuanya harus kita imani sebagai takdir Allah yang terbaik. Jangan cuma terima pas senengnya aja, atau inget Allah pas susahnya aja (saling mengingatkan ya). Mengusahakan anak sholeh dimulai dari memilih pasangan bibit unggul, doakan dia mulai dari dalam sulbi ayahnya, saat hamil sampai dia sudah abege, mau menikah, bahkan udah punya anak dan cucu. Doakan terus sampai kita tiada. Biar terjaga keshalihannya. Kalo kata Pak Ustadz, sholeh itu mencangkup keseluruhan baik fisik, sifat, pikiran, perasaan, terhindar dari keburukan dan membawa manfaat.

Sholeh adalah tingkatan terakhir dan mencangkup keseluruhan kebaikan. Ada banyak doa anak sholeh dalam Al-Qur'an. Doa Nabi Ibrahim, Doa Nabi Zakariya, Doa Lukman dan hamba-hamba sholeh pilihan Allah. Yuk dihafalkan.

Kita memang tidak bisa menjamin masa depan anak, tapi setidaknya kita sudah memberi yang terbaik untuk tau yang baik-baik agar jadi anak baik. Parenting yang baik itu kuncinya ada dua: berdoa dan percontohan. Dah itu aja. Selebihnya, urusan anak kita dan Allah. Yang diajarin parenting aja belum tentu baik-baik yaa buk. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk konsisten dalam mendidik anak sholeh yang kuat hati, teguh pendirian dalam agama dan kebenaran serta tidak mudah terpengaruh dengan keburukan. Semoga Allah memudahkan kita dan menjaga kita dan anak-anak aamiin


Rekomendasi buku-buku islamic parenting

1. "Islamic parenting: Pendidikan Anak Metode Nabi" disusun oleh Syaikh Jamal Abdurrahman. Penerbit: Aqwam. Buku terjemahan dari judul asli "Athfalul Muslimin Kaifa Rabahumun Nabiyy Amin". Isinya lengkap dan sistematis berdasarkan usia anak mulai 0-3 tahun, 4-10 tahun, 15-18 tahun, sampai pendidikan anak usia pranikah. Lengkap kap kap dan detail banget. Buku wajib sih ini kataku

2. "Menanti Buah Hati dan Hadiah untuk yang Dinanti", oleh Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat. Penerbit: Pustaka Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Inipun lengkap, ditulis dengan lugas dan tegas khas penyampaian beliau dalam dakwah.

3. Buku seri parenitng dari Muhammad Faudzil Adhim. Ada 4 judul, "Saat Berharga untuk Anak Kita", "Segenggamn Iman Anak Kita", "Membuat Anak Gila Membaca", "Positif Parenting". Tulisan beliau sungguh menggetarkan hati dan jiwa untuk lebih memperhatikan anak-anak kita sesuai fitrahnya. Buku motivasi untuk orang tua dan guru yang bikinku mewek-mewek di se tiap halamannya.


Komentar

Postingan Populer