Terpaan Kehidupan
Pagi ini, Pak Kadus tiba-tiba ngajak bicara, "Sa, ada yang mau saya omongin, penting"
Perasaanku mulai gak enak, sambil mereka-reka apa yang mau dibicarakan, apa ini urusan tanah? urusan warga? atau gimana? Lama ku tunda karena banyak pekerjaan.
Dan pada waktu ku datangi, beliau ketawa-tawa
"Ada apa pak?" tanyaku
Dengan beberapa basa-basi akhirnya beliau bilang, "Kemarin ada yang datangi saya, minta dikenalkan dengan kamu. Ini nomernya." Kata beliau sembari menyerahkan sesobek kertas yang diatasnya tertulis nama dengan nomor telefon.
Aku shock, tapi ketawa, Pak Kadus juga ketawa. "Lucu ya Sa", kata beliau, "Geli pak" sambungku sambil terus ketawa.
Lalu Pak Kadus bilang, "Saya cuma menyampaikan amanat. Semuanya balik lagi ke anak-anak yang menjalani. Kamu yang putuskan. Silahkan."
Aku yang tadinya ketawa, jadi senyum aja, iya, senyum yang senyum aja..
Lhaah, gimanaa,, sadar bahwa di secarik kertas yang ku pegang ini ada perasaan seseorang di dalamnya yang tiba-tiba menjadi tanggung jawabku.
---
Beberapa hari yang lalu, sepulang aku dari Jakarta, mama cerita,
"Kemarin ada teman bapak yang ngirim foto adiknya lewat wa. Katanya kakak kelasmu"
Sudah, begitu saja. Tidak berani bicara apalagi nanya-nanya, gak berani saya.
---
Sungguhlah,,
Banyak yang membuat lamaran sebagai bahan lelucon, aku sedih.
Tapi ternyata menghadapi yang seriuspun aku tak berani, tambah sedih.
Aku banyak sembunyikan wajahku.
Terpaan kehidupan ini membuat kepalaku semakin berputar-putar
Menanggung banyak perasaan membuatku merasa memikul banyak dosa
Ya Allah, ampunilah aku .. ampunilah aku
Menanggung banyak perasaan membuatku merasa memikul banyak dosa
Ya Allah, ampunilah aku .. ampunilah aku