Jilid Baru

Tiada habis kata ku tulis tentang cinta
Seolah cinta itu bahan yang tak pernah habis,
ter-ramu dalam buku tanpa ending,.
Selalu ada bab lain, selalu ada jilid lain

Kali ini izinkan aku menulis

Sebelumnya ku fikir patah hatiku yang pertama itu jadi patah hati yang terakhir
Dan bisa merasakan cinta setelah patah hati yang pertama itu adalah rahmat,
anugrah dari Allah yang ku fikir pula akan menjadi yang terakhir
Ku tidak ingin patah lagi

Ku sadari betul
Tiada hubungan yang dibangun untuk berpisah
Pastilah semua yang terjalin ingin serius-serius saja, ingin baik-baik saja sampai akhir
Tapi ternyata Allah kembali membuat hatiku patah

Pada patah hatiku yang ke dua ini aku banyak mengerti,
yang akhirnya membawaku pada satu kesimpulan akhir bahwa
Ternyata ini bukan perkara salah memilih, atau bersama orang yang salah
Semua ini hanya tentang cara dan langkah yang tentu saja tidak Allah ridhai

Iya, jangan pacaran!
Bahkan meskipun tidak ada kata jadian,
kebersamaan antara insan yang satu dengan lainnya tanpa didampingi mahram bukanlah kebersamaan yang baik, apapun itu, melalui gadget sekalipun
Selama ini aku terlalu muna untuk mengakuinya
Melakukan segala sesuatu atas nama cinta
seolah cinta itu sesuatu yang agung, tiada yang lebih dahsyat dari rasa cinta
padahal Allah ada
*astaghfirulloh

Sudah, begitu saja
Selesai jilid yang kemarin

Sekarang izinkan ku menulis jilid yang baru
Kali ini aku tak menemukan judul yang sesuai, belum.
Bahkan menyematkan label saja entah

Yang jelas, kali ini Allah menggerakan hatiku pada seseorang yang jauh
Jauh dalam artian sesungguhnya lho ini
Jarak antara raga dan pikiran kita mungkin sama jauhnya,
Banyak kres!
Gak nyambung!
Tapi, aku merasa Allah menggerakan hati kita untuk saling mendoakan satu sama lain
Dan mungkin saja semua doa-doa itu sedang bergerak di tempat yang sama, meski entah di langit yang mana
Menemukan frekuensinya

Kisah Yusuf dan Zulaikha yang mempertemukan kita
Padahal dulu kita pernah satu kelas, tapi tidak ada satu halpun yang membuat kita dekat saat itu, bertegur sapa saja tidak

Kisah Yusuf dan Zulaikha yang mempertemukan kita
Sampai pada buku yang kau sarankan, "Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam: Dari Kelahiran hingga Detik-detik Terakhir" karya Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury
dan pelajaran-pelajaran hadits yang banyak ku lupakan
Lalu ketika haha hihi kami mulai terasa mengganggu dengan penuh kesadaran,
kami memilih untuk mundur.

Iya, kami memilih mundur dihadapan masing-masing
Tapi tidak dihadapan Allah
Yang pada sekali waktu ku menyebut namanya
Yang pada sekali waktu ku hanya tersenyum-senyum saja
di hamparan sajadah
dalam sujud yang lama
atau dalam Al-Fatihah yang banyak
sambil mengingat-ngingat, rasa-rasanya dulu pas sekolah itu pernah hatiku terbesit namamu
Halah

Ketika kami memutuskan untuk saling mundur,
disitulah aku merasa, mungkin saja segala harap dan doa kami sedang berada dalam satu frekuensi-Nya

Sampai pada kalimatmu
"aku tidak memintamu untuk menunggu, bila nanti ada yang datang lebih dulu dan kau ridho agama dan akhlaknya, silahkan"

Sungguh, aku tidak ingin menunggu
Tapi kaupun tidak pernah menanyakan kesediaanku

Dan kalimatmu yang terakhir membuatku banyak berharap,
"Biar Allah yang atur"
Iya, dan aku tau kepada siapa aku harus mengharap
Dengan begitu aku tenang,
Allah yang siapkan:
yang terindah, yang terbaik
sebagai penggenap iman, pelengkap hidup di dunia dan akhirat
Denganmu atau bukan
Bila tidak sekarang , pasti nanti


Bab I dalam Jilid Baru
selesai

05-04-2018

Postingan Populer