Review Buku "Andai Aku Tidak Menikah Dengannya" Ustadz Syafiq Riza Basalamah



Judul Buku: "Andai Aku Tidak Menikah Dengannya"
Penulis: Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Penerbit: SDTIIS Press, Jember
ISBN: 978-602-14414-9-7

Buku kali ini spesial banget. Pertama, karena isinya yang ditulis oleh ahli ilmu (ustadz). Kedua, karena ini aku pinjem dan ternyata dicetak limited pada saat PO. Sekarang udah ga ada lagi. Udah terbit buku baru ustadz yang judulnya, "Merajut Mimpi Untuk Kekasih".

Padahal yang ini bwaguss poll, sungguh ku ingin memiliki. Qadarullah. Kalo ada yang tau nyari buku ini di mana tolong kabari aku ya ^^ 

Baik, mari kita mulai review kali ini dengan mengulas isi buku. Buku setebal 340 halaman ini memuat 4 bab menarik: 
1. Perhiasan Terindah
2. Tak Kenal Maka Tak Sayang
3. Menyiram Bunga Yang Layu
4. Menyingkap Tirai

Ustadz mengawali tulisannya dengan mengutip HR. Muslim no. 2664, "Hendaklah Engkau bersemangat terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan janganlah Engkau lemah. Jika ada sesuatu menimpamu, maka janganlah Engkau mengatakan, "Seandainya aku melakukan, niscaya terjadi ini dan itu". Tetapi katakanlah, "ini adalah takdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan." Sesungguhnya kata "seandainya" akan membuka perbuatan syaitan."

Masyaa Allah, jadi inget halaman motto skripsi. Sebuah pengingat yang dalam sekali untukku pribadi.

Hari-hari akan menyingkap misteri yang tertutup
Hari-hari akan menguak apa yang di balik tabir

Di bagian muqaddimah, Ustadz menulis, "Banyak curahan hati dari para istri yang tiada mendapatkan sakinah di dalam surganya sendiri. Rumah yang dibangunnya hampir runtuh karena hujan dan badai yang tiada berhenti." ...

"Menuntut istrinya untuk berbakti dan berkhidmat dengan penuh kehangatan, namun dia sendiri kasar dan dingin."

"Aku menulis sebagai seorang putra yang memiliki seorang ibu
Sebagai seorang ayah yang memiliki putri-putri
Sebagai seorang saudara yang memiliki tiga saudari
Sebagai seorang suami yang memiliki seorang istri"

Baru di muqaddimah aja kita udah dibawa hanyut dalam kata-kata Ustadz yang sederhana namun mengena. Persis kaya lagi nonton kajian beliau. Barakallahu fiik, Dan ga cuma sekedar kata, tapi juga mengandung makna yang berharga didalamnya.

Bab 1 "Perhiasan Terindah", terdiri dari beberapa sub bab: "Dunia Yang Terkutuk", "Harta Yang Paling Mulia", "Istri Shalihah","Demi Hidup Bahagia", "Malam Penguburan Cinta", "Bulan Madu", "Bahteraku Hampir Pecah", "Aku Ingin Berbisik", "Suami Adalah Nahkoda", "Janji Teguh Nan Sakral"

Sungguh, bila diizinkan ingin ku tuang seluruh isinya di sini. Karena penting semua, sepenting itu. Tapi kan ya ga boleh, copy right

"Sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang 'alim atau penuntut ilmu syar'i" (HR. Ibnu Majah no 4112, dihasankan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahih no 2797)

Ustadz memulai bab ini dengan motivasi untuk meninggalkan dunia, menutut ilmu demi mewujudkan cita-cita mulia: menggapai janji Allah sebagaimana dalam QS. Fathir: 5 dan QS. Ibrahim: 22, membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Simak kisah Rasulullah yang ditanya sahabat setelah turunnya firman Allah, "Dan orang-orang yang menimbun emas dan peraknya serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka beri kabar gembiralah mereka dengan azab yang pedih" (QS. A-Taubah: 34). Tsauban berkata, pada suatu ketika kami bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan, lalu berkata sebagian dari para sahabatnya, "Telah Allah turunkan dalam urusan emas dan perak apa yang telah diturunkan, andai kita mengetahui harta apa yang paling baik, maka kita akan mengoleksinya" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Harta yang paling mulia adalah lisan yang senantiasa berdzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri yang beriman yang selalu membantunya dalam keimanannya" (HR. Tirmidzi no 3095, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shohihul Jami no 4408)

Demikian pula dalam Hadits Riwayat Ahmad, "Dan istri yang selalu membantunya dalam urusan akhiratnya" (HR. Ahmad no 22437)

Rasulullah pun menegaskan bahwa, "dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah perempuan yang shalihah" (HR. Muslim no 3628)

Hadits-hadits yang ustadz muat di dalam buku ini sungguh banyak. Mengingatkan kita pada tujuan pernikahan untuk menggapai kedamaian, ketentraman jiwa, serta hidup berbalut cinta dan kasih sayang untuk membina keluarga bersama. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Rum: 21.

Ada 4 standar kebahagiaan. Dari Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Empat termasuk kebahagiaan; istri yang sholihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik hati, kendaraan yang nyaman. Dan empat termasuk kesengsaraan; istri yang jahat, tempat tinggal yang sempit, tetangga yang buruk, dan kendaraan yang buruk." (HR. Ibnu Hibban no 4032, lihat As-Shahihah no 282). Tentu hadits ini harus dilihat dari kacamata syukur bukan soal visual atau kuantitas tapi kualitas. Sebagaimana tinggal di gubuk reyot pun dapat terasa seperti villa di lereng bukit nan indah dengan sudut pandang ini.

Suami Adalah Nahkoda. "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dan harta mereka" (QS. An-Nisaa: 34)

Di dalam bab ini, ustadz menuliskan 3 kriteria pemimpin yang harus dipenuhi; perhatian dan dukungan, perlindungan, perbaikan dan pengarahan.
Tidak ketinggalan juga, ustadz menulis tentang "Mistaaqan ghalidhan", perjanjian yang agung dan luhur yang hanya disebutkan 3 kali dalam Al-Qur'an.

"Yakni mereka telah mengambil perjanjian yang berat yang ditekankan dengan penekanan tambahan, dengannya sulit melanggarnya, seperti sebuah baju yang tebal yang sulit merobeknya" (Mahasin Ta'wil 3/57)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "bertaqwalah kepada Allah dalam perkara perempuan-perempuan itu, sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanah Allah, dan halal bagi kalian kemaluan mereka dengan kalimat Allah" (HR. Muslim no 1218)

Bab 2 "Tak Kenal Maka Tak Sayang". Bab ini memuat subbab: "Tak Kenal Maka Tak Sayang", "Dari Tulang Rusuk Yang Bengkok", "Andai Perempuan dari Baja", "Pencemburu", "Perasa dan Mudah Tersinggung", "Penampilan"

Di sini, Ustadz mengurai dengan sederhana tipe perempuan secara umum. Bahwa perempuan adalah pencemburu, mudah tersinggung dan mudah marah. Sekaligus kuat.
Andai ia tercipta dari baja, mungkin ini tidak akan setahan sekarang menghadapimu.

Dan rujukannya bukan berdasarkan prasangka beliau semata, tapi berdasarkan ilmu dari kisah-kisah Nabi Muhammad dan istri-istri beliau juga kisah sahabat yang mengandung keromantisan hihi. Lalu menyadarkanku bahwa ternyata romantis itu bukan perkara watak atau kebiasaan atau bawaan seseorang tapi perkara adab. Sesederhana itu!

Allah al-Hakim tidak mencipta kecuali dengan ilmu dan hikmahnya yang tiada bertepian

Coba renungkanlah sejenak, bagaimana beratnya tugas yang diemban oleh seorang istri apalagi ketika ia menjadi seorang ibu

Bahwa kebahagiaan seorang perempuan pada hakikatnya berada di dalam istananya. 

Bahwa apapun keadaan sang istri, sedang letih, tertatih, tersinggung, marah, sampai cemburu, istri hanya butuh perhatian dan pengertian.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menyatakan kepada Aisyah radhiyallahu'anha,
"Sungguh  aku mengetahui, saat-saat kamu senang kepadaku, dan saat-saat kamu marah kepadaku." Aisyah bertanya, "Darimana kamu mengetahui hal itu?" Maka beliau menjawab, "Adapun jika kamu sedang sedang kepadaku maka kamu berkata, "Tidak, Demi Rabbnya Muhammad", Sedang jika kamu sedang marah padaku, kamu berkata, "Tidak, demi Rabnya Ibrahim". Aisyah bertutur, "Benar, Demi Allah. Wahai utusan Allah, tidaklah aku meninggalkan kecuali namamu" (HR. Bukhari no 5228 dan Muslim no 2439)

An-Nu'man bin Basyir berkata, "Abu Bakar radhiyallahu'anhu meminta izin kepada Rasulullah (untuk masuk ke rumah Rasulullah), lalu beliau mendengar Aisyah mengangkat suaranya atas Rasulullah. Lalu beliau diizinkan untuk masuk, maka beliau berkata, "Wahai anak perempuannya Ummu Rumman (maksudnya Aisyah sambil menghampirinya), apakah kamu mengangkat suara di atas Rasulullah?" Maka Rasulullah menghalangi antara beliau dengan anaknya. Ketika Abu Bakar keluar rumah, Rasulullah meminta maaf kepadanya (Aisyah), "Lihatlah, bukankah aku telah menghalangimu dari lelaki tersebut". Lalu setelah beberapa saat, datanglah Abu Bakar radhiyallahu'anhu meminta izin untuk masuk, ternyata Abu Bakar radhiyallahu'anhu mendapati Rasulullah bercanda dengan Aisyah lalu beliau diizinkan masuk dan berkata, "Wahai Rasulullah, masukkanlah aku ke dalam perdamaian kalian berdua sebagaimana kalian telah memasukkanku ke dalam perang kalian berdua" (HR. Ahmad no 18394, dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah no 2901)

Ustadz menambahkan, "Jadi, bila istrimu sekali-kali mengangkat suaranya (marah) kepadamu, janganlah disikapi dengan berlebih-lebihan, atau sampai-sampai Engkau membawa-bawa ayat Al-Qur'an atau hadits Rasulullah demi menundukkan istrimu. Lihatlah bagaimana cara Rasulullah mengambil hati Aisha yang sedang marah kepadanya sambil meminta maaf. Bukan dengan mengeluarkan ayat-ayat atau hadits, padahal beliau Rasulullah yang padanya telah turun wahyu dari Allah, yang mengangkat suara lebih keras dari beliau dapat menyebabkan amalan hamba gugur, apalagi dirimu." (hlm. 89)

Bersabar dan berlemah-lembutlah untuk mengambil kebaikannya dan menghindari keburukannya. Diriwayatkan dari Yunus, ia berkata, "Telah sampai kepadaku berita bahwa Ibu Abbas radhiyallahu'anhu berkata, "Wanita adalah aurat, mereka diciptakan dari kelemahan, maka tutuplah aurat mereka dengan rumah dan kasihilah kelemahannya dengan berdiam (tidak berbantah-bantahan dengannya)" (Mudaaratunnas, Ibnu Abi Dunya no 170)

Bab 3 "Menyiram Bunga Yang Layu". Bab ini adalah bab terpanjang karena meliputi persoalan teknis dalam membina rumah tangga. Terdiri dari banyak subbab (perhatikan judul subbab ini):
"Setengah Kosong Setengah Isi",
"Manjakan Istrimu Dengan Kata-kata Indah",
"Khususkan Waktu untuk Berbincang Dengannya",
"Hargai Pendapatnya",
"Jangan Suka Membandingkan",
"Berikan Padanya Kewenangan Mengatur Rumah",
"Istri Memerlukan Hiburan",
"Rekreasi Bersama Keluarga",
"Membantu Pekerjaan Rumah",
"Bersolek dan Masuk Rumah dengan Senyuman",
"Romantis di Meja Makan",
"Romantis di Kendaraan",
"Romantis di Atas Ranjang",
"Menghentikan Pasukan Untuk Sang Istri",
"Ungkapkan Cintamu",
"Persembahkan Untuknya Hadiah",
"Jangan Pelit",
"Ucapkan Terima Kasih",
"Istri Bukan Pembantu",
"Menebar Dusta Meraih Bahagia",
"Berapa Kali Engkau Memaafkan Istri",
"Bermain Tarik Ulur",
"Jangan Mencari-mencari Kesalahan",
"Kecup Dirinya Sebelum Meninggalkan Rumah",
"Beritahu Istrimu Bila Meninggalkan Rumah",
"Gandeng Tangannya Menuju Pintu Surga",
"Hindari Dosa dan Kemaksiatan",
"Jadilah Insan Terbaik"

Dan kesemua subbab ini adalah perkara basic nan sederhana yang dapat menumbuhkan kembali keharmonisan rumah tangga dan mempertahankannya. Kerennya tiap subbab yang dibahas memuat dalil-dalil yang shahih huhuhu Bener-bener dari sini kita diarahkan untuk menjalankan sunnah nabi, mencontoh beliau dalam membina rumah tangga. 

Sesungguhnya bab ini adalah bagian favoritku. Dibab ini, Ustadz mengingatkan kita bahwa masing-masing diri pasangan adalah manusia biasa yang penuh dengan kekurangan. Mengingatkan kita untuk saling melengkapi dan melihat pada kebaikan pasangan. Menguatkan kita untuk senantiasa berusaha melaksanakan sunnah dalam rumah tangga. Ternyata sunnah nabi dalam rumah adalah perkara-perkara yang sederhana nan manis. Seperti misalnya, memanjakan istri dengan perkataan dan perbuatan yang baik, memanggil dengan panggilan yang indah.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perkataan yang baik adalah sedekah" (HR. Bukhari no 2989 dan Muslim no 1009). Kepada siapa sedekah itu harus diberikan, Rasulullah memberikan jawaban, "Sebaik-baik sedekah adalah yang meninggalkan kecukupan dan mulailah dari yang dibawah tanggung jawabmu" (HR. Bukhari no 1429 dan Muslim no. 1034)

Istri lah yang paling berhak mendapatkan kebaikan suami. Para suami dianjurkan untuk senantiasa mengungkapkan cinta, mengucapkan terima kasih, memberi hadiah, mengkhususkan waktu untuk berbincang dengan istri, menghargai pendapat istri, tidak membanding-bandingkan, menghibur istri sampai mengajak rekreasi. 
Dalam HR. Bukhari no 5211 dan Muslim no 6248, ketika Rasulullah safar bersama sahabatnya, Rasulullah mengundi diantara istrinya untuk ikut dan juga mengkhususkan waktu untuk berjalan-jalan dan berbincang bersama istrinya pada kesempatan itu.

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Semua hal yang tidak mengandung dzikrullah adalah melengahkan, melalaikan, dan melupakan kecuali empat. Dan beliau menyebutkan salah satunya bermain-main dengan istri" (HR. Nasai dalam As-Sunnah Al-Kubroo no 8891 dan dishahihkan oleh al Albani dalam Ash-Shahihah no 315)

Ada banyak sekali riwayat Rasulullah yang mengisahkan betapa Rasul sangat memuliakan istri dengan sikap dan perkataan yang sangat sederhana, manis, penuh kelembutan, tidak kasar atau terlihat mendominasi. Seperti ketika Rasulullah menemani Aisyah menonton sebuah atraksi permainan orang-orang Habasyah. Aisyah meletakkan dagunya di atas pundak Rasul dan menyandarkan wajahku di pipi beliau. Dan berlama-lama sampai beberapa kali Rasulullah bertanya "sudah cukup", akhirnya Aisha berkata, "Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru. Aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para perempuan tau bagaimana kedudukan Rasulullah di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullah" (HR. Bukhari no 4938, Muslim no. 892, dan Nasai dalam Sunan Al Kubro no 1594)

Ustadz mengingatkan para suami untuk membantu istri sebagaimana riwayat Al Aswad bertanya kepada Aisyah, "Apakah yang dilakukan Rasulullah bila di dalam rumahnya" Kata Aisyah, "Biasanya beliau membantu urusan keluarganya, bila datang waktu shalat maka beliau pergi untuk shalat" (HR. Bukhari no 676) dalam riwayat lain Aisyah menjawab, "Beliau melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember" (HR. Ibnu Hibban no 6406 dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Misykah no 5822)

Sisi romantis Rasulullah diambil dari berbagai riwayat shahih oleh Ustadz. Seperti romantisnya Rasulullah saat makan, beliau tidak pernah mencela makanan, beliau pernah minum dari gelas tepat di bekas bibir Aisyah radhiyallahu 'anha padahal saat itu Aisyah sedang haid. Romatisnya Rasulullah saat di kendaraan bersama Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab. ... Anas berkata, "Aku melihat Rasulullah mempersiapkan kelambu di atas onta beliau untuk membonceng Shafiyyah lalu Rasulullah duduk di dekat onta dan meletakkan lutut beliau, kemudian Shafiyyah menginjakkan kakinya di atas lutut Rasulullah untuk menaiki onta ..." (HR. Bukhari no 2120) 

Tentu saja, tidak luput dari pembahasan juga urusan romantis di atas ranjang yang membawa berkah. Tak hanya itu, bahkan saat bersama pasukan Rasulullah juga memuliakan istrinya dengan menghentikan pasukan ketika Aisyah kehilangan perhiasan untuk mencari dan menemukan perhiasan itu. Dan puncak keomantisan Rasulullah menurut Ustadz adalah saat Rasulullah mengalah untuk menjaga perasaan istrinya agar tetap akur. Ketika itu Rasulullah tinggal di rumah Zainab dan minum madu di sana, lalu Aisyah cemburu dengan hal itu hingga Rasulullah berkata, "aku tidak akan meminumnya lagi" Maka turunlah ayat "Hai Rasulullah, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu" sampai pada ayat "jika kamu berdua bertaubat kepada Allah" (QS. At-Tahrim 1-4) dalam HR. Bukhari no 5267 dan Muslim no 1474.

Dibab ini, Ustadz menyelipkan nasehat-nasehat bagi para suami untuk senantiasa memaafkan istri, tidak mencari-cari kesalahan dan memberi solusi saat terjadi pertikaian. Ku mengutip beberapa kalimat Ustadz yang ku harap kalian juga bisa merasakan pesannya:

Dia bukan bidadari sebagaimana dirimu juga bukan malaikat.

Karena bisa jadi yang kamu benci mengandung banyak kebaikan.

Begitulah Rasulullah memberikan contoh kepada umatnya, agar mereka melihat kepada lembaran-lembaran indah nan cerah ketika seseorang melakukan kesalahan.

Padahal suami bila di luar rumah dapat membungkus kekesalannya dengan senyum yang menghias di bibir dan dengan kata-kata indah penuh penghormatan. Sejatinya istri lebih berhak mendapatkan kata-kata indah berbungkus cinta dan kasih sayang.

Perempuan sebagai insan yang memiliki ruh. Dia memerlukan pujian dan sanjungan. Jika dia tidak mendapatkannya di dalam rumahnya, maka kekosongan itu akan diisi oleh selainmu. Atau kalau tidak, ia akan layu dan mati kehausan.

Kaum lelaki memiliki ego yang lebih besar dibanding perempuan, oleh karenanya pria seringkali menuntut minta dihormati oleh perempuan.. 
... Sesungguhnya menghargai ide istri mengangkat derajat suami di mata istrinya.

Turutlah dalam kegembiraannya, tenggelamlah dalam dukanya.

Tempat kebahagiaan itu adalah hati dan bila hati telah dipenuhi noktah hitam maka kebahagiaan akan menghilang dan pergi meninggalkannya

Di bab ini juga Ustadz menyampaikan untuk tidak mencari-cari kesalahan, tidak berprasangka buruk, tidak menyadap telepon, atau membuka hp tanpa sepengetahuannya, atau mematai-matai. Kecuali ada alasan yang dibenarkan untuk itu. Ustadz juga mengingatkan suami untuk mengecup istri sebelum meninggalkan rumah dan berpamitan ketika pergi sebagaimana yang dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. 

"Dan perlakukan mereka (para istri) dengan baik!" (QS. An-Nisa: 19)

Selalu ingat bahwa tujuan utama pernikahan adalah pencapaian akhirat.

Engkau memiliki kewajiban untuk membimbing dia menuju pintu surga

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap hari kalian bertanggung jawab atas yang ia pimpin... seorang lelaki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas keluarganya ... Ketahuilah setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang ia pimpin" (HR. Bukhari no 7138 dan Muslim no 1829)

"Hari orang-orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, ..." (QS.At-Tahrim: 6)

Ustadz mengingatkan kita untuk menghindari dosa dan maksiat, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah dua orang yang saling mencintai lalu terceraikan antara keduanya kecuali karena dosa yang dilakukan salah satunya" (HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 3495)

"Musibah turun disebabkan dosa dan musibah diangkat dengan sebab taubat" (Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah, 8/163)


Bab terakhir, "Menyingkap Tirai", ini juga bab favorit sih. Karena ini bagian tanya jawab jamaah dalam kajian beliau. Ketika sampai di sini, ku terbengong-bengong karena ternyata problematika rumah tangga tuh ada-ada aja, bukan cuma tentang ini dan itu tapi buanyak, mbulet, sampai tak terpikir.

Berbagai pertanyaan yang dimuat di sini, mulai dari yang dramatis sampai yang lucu-lucu abis. Seperti pertanyaan seputar keikhlasan dengan kesalahan suami, suami yang perhitungan, masalah tentang pernikahan orang tua, mengusulkan orang tua untuk cerai, saling membuka aib saat perceraian, tentang suami yang suka selingkuh, tentang anak sambung yang kasar, tentang trauma istri dengan kesalahan suami, tentang suami yang suka menasehati teman wanita, suami yang tidak sholat jamaah di masjid, bahkan suami yang tidak shalat, suami yang suka menghina keluarga istri, suami yang berteman dengan akhwat di sosial media, cemburunya istri dalam poligami, curhatan si madu tiga yang tidak nyaman tinggal satu rumah dengan istri-istri yang lain. Sampai curhatan suami yang bingung ingin gombalin istri tapi istrinya ga suka digombalin karena lebih suka ngobrolin tentang agama. Ada pula suami yang curhat ketika istrinya bekerja, bahkan ada yang meminta nasehat karena sedang jatuh cinta dengan teman istrinya. Atau istri yang sudah ikhlas dipoligami tapi suami yang tidak tega. Masyaa Allah
Dan jawaban ustadz sungguh bijak-bijak semua, gak ada menghakimi, tegas tapi tetap santun. 

Ketika ada pertanyaan, "Kalau istri dari tulang rusuk, bagaimana dengan istri kedua atau ketiga" Apakah dari tulang rusuk juga?"
Ustadz menjawab, " Alhamdulillah wasshalatu wassalam 'ala Rasulillah, Yang dari tulang rusuk adalah Hawwa, istri Nabi Adam 'alaihissalam. Namun sifat tulang rusuk itu terus ada pada anak cucu Hawwa. Wallahu a'lam Bisshawab. 

wkwk aku yang bacanya sambil mengekek jadinya

Juga pertanyaan-pertanyaan seputar memilih jodoh, dipaksa menikah, pernyataan uhibbuka fillah kepada lawan jenis yang bukan mahram. Semua pertanyaan, Ustadz jawab dengan bahasa yang lugas dan santun. Bahasa di buku ini pun seluruhnya santun, lugas, tidak banyak bumbu, tidak didramatisir, tidak menye-menye, tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami. Pun tidak menghakimi jadi Insyaa Allah mudah kita terima sebagai pembelajar awam. Bener-bener tiap baca kalimatnya kebayang lagi nonton kajian beliau. Meskipun ada beberapa penulisan yang typo.

Ustadz menyematkan banyak sumber shahih dalam daftar pustaka. Bahkan tak segan beliau menyampaikan ada hadits yang bathil yang tidak memiliki dasar yang jelas dalam kitab-kitab Sunnah.

Sebenernya, tulisan di buku ini lebih ditujukkan untuk para suami. Tapi cukuplah menjadi bahan muhasabah bagi istri. Kalau kita ingin mendapatkan suami yang sholeh yang meneladani Rasulullah dalam hidupnya ya kita harus bisa, siap dan mau belajar untuk menjadi shalihah, untuk menjadi pasangan yang seimbang, sefrekuensi.

Pun sejujurnya desain covernya terlalu manis untuk jadi buku ikhwan. Tapi pada intinya ini buku untuk ikhwan dan akhwat, karena kita bisa sama-sama belajar dan mengambil ibroh. Sungguh ku ingin bilang kalo ini buku wajib baca untuk kita dan pasangan. Harus keduanya, agar pesan yang terkandung dalam buku ini dapat menjadi pembelajaran bersama menuju keadaan yang lebih baik. Biidznillah

Buku yang isinya sangat sederhana sekali sampai tidak bisa disederhanakan. Nasehat-nasehat yang disampaikan juga simpel, rasional dengan tetap bersumber pada As-Sunnah. Di dalam buku ini, Ustadz memahami betul apa yang diinginkan para istri terhadap suaminya, yakni perhatian-perhatian sederhana saja dan rujukannya jelas, berdasarkan ilmu syari.

Sebuah realisasi dari hadits perihal muamalah dalam pernikahan, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku"
(HR. At-Tirmidzi no 3895 dan Ibnu Majah no 1977 dari sahabat Ibu 'Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash-Shahihah no 285)

Buku yang penuh dengan hikmah. Kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran dari buku ini dalam menapaki jejak pernikahan. Bahwa ternyata yang kita perlukan hanyalah bersabar menerima pasangan, menerima takdir dan berusaha menjaga pilar-pilar rumah tangga berdasarkan ilmu. Insyaa Allah dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita dan pasangan untuk mengurai kembali jalinan-jalinan cinta kasih rumah tangga yang tak selalu indah dan berwarna.

Barakallahu fiikum

Pingin banget punya bukunya. Qadarullah di marketplace udah ga ada. Jadi kalo ada yang tau bisa dapetin ini di mana kabarin yaa ^^

Komentar

Postingan Populer