Merdeka Seutuhnya ~ Memaknai Kemerdekaan yang Hakiki


Pernah ku memaknai kemerdekaan untuk berekpresi sebebas-bebasnya tanpa batas
melakukan segala hal yang ku suka
dan merasa cukup menjadi diriku sendiri tanpa aturan
Namun ternyata, bukan itu

Bagaimana bisa dikatakan merdeka bila kita masih terbelenggu dalam hati yang tidak tenang?
- Esa (17 Agustus 2022)



"Merdeka Seutuhnya", adalah tema webinar yang diselenggarakan oleh @imanimuntalk pada tanggal 15 Agustus 2022. Webinar yang dilaksanakan selama dua hari ini membahas tentang kemerdekaan dari sisi syariat dan kesehatan mental. Narsumnya tentu ahli-ahli dibidangnya, mulai dari asatidzah, psikolog, ahli psikiatri. Bener-bener penyegaran banget! Membuka wawasan untuk lebih memaknai kemerdekaan sebagai seorang muslim dan warga negara, yang sehat mental.

Secara harfiah, merdeka diambil dari kata Sanskerta, "Mahardika" yang artinya seseorang yang kaya, pintar, sejahtera, memaksimalkan segala potensinya untuk raja. Juga dari nama sebuah desa jaman Majapahit, yakni Desa Mardika yang mendapat keistimewaan terbebas dari pembayaran upeti karena selalu menyenangkan raja. Keduanya memiliki arti "diberikan kebebasan" oleh penguasa karena telah memaksimalkan potensi untuk menyenangkan penguasa.

Jadi ternyata, merdeka tuh bukan sesuatu yangbisa kita putuskan sendiri, misal "dahlah, aku mau merdeka nih, aku mau bebas nih" tetapi sesuatu yang diberikan dan atau diperjuangkan hingga diakui kebebasannya oleh pihak lain (penguasa). Seperti makna merdeka yang selalu kita peringati tiap 17 Agustus. Kemerdekaan yang berhasil diraih dengan perjuangan air mata dan darah oleh para pahlawan tanpa tanda jasa.

Tapi bener deh. Salah memaknai kemerdekaan, salah memaknai kebebasan maka bisa jadi salah juga memaknai hidup

Bila kita masih berfikir, "lakukan segala hal yang kita mau, yang kita suka, sebebasnya sebagai bentuk mengekspreksikan diri" Duh , bukan gitu konsepnya saudari... Sungguh itu adalah masalah terbesarnya.
Apalagi kalo dilakukan tanpa batas dan tujuan yang jelas. Jaidnya, keblinger.
Diri merasa terbebas, tapi kok hati ga tenang, gelisah terus, karena kehilangan makna hakiki.


Sejatinya kita sudah merdeka ketika kita menerima diri kita sebagai seorang muslim. Ya, butuh waktu juga buatku untuk menerima ini. 'menjadi seorang muslimah tuh ternyata bukan sekedar solat dan puasa aja, adindaa" gitu kataku pada diriku sendiri. Ada aurat yang harus ditutup, ada kehormatan yang harus dijaga, ada batas yang harus diperjelas. Dan menerima bahwa semesta ini bukan sekedar ada yang menciptakan tapi juga ada yang mengatur. Allahu Rabbul 'alamiin

Bila masih khawatir soal harta, gimana besok makan apa, atau khawatir dengan penilaian manusia, prasangka duniawi, harus punya ini punya itu, karir harus bagus, visual harus bagus, harus terdepan, unggul dan semakin didepan, harus begini begitu yang semuanya dibuat oleh manusia dengan ukuran manusia/duniawi, yaa belum merdeka namanya. Dunia itu seolah-seolah membuat kita bersaing yang tiada hentinya ...

Dari Ustadzah Nabila Hayatina bahwa ketika menjadi seorang muslim sejati artinya kita sudah merdeka terbebas dari penghambaan makhluk, terbebas dari perbudakan duniawi, terbebas dari kepentingan dunia dan penilaian dunia menuju Allah semata. Dan merdekanya seorang muslim adalah dengan menerima segala ketetapan Allah dan membawa ketaatan kepada Allah, mementingkan agama Allah untuk meraih ridha Allah.

Satu kalimat yang paling mengena, bahwa "kemerdekaan sejati adalah kemenangan, dan kemenangan sejati adalah ketenangan" Pantesan yaa kalo kita liat orang-orang shalih bawaannya adeeem atas kuasa Allah, karena mereka sudah benar-benar terlepas dari belenggu dunia, bener-bener merdeka secara spiritual dan auranya bawa ketenangan


Kemerdekaan dan Kemenangan dalam Al-Quran
Ada banyak banget kisah tentang kemerdekaan dalam Al-Qur'an 
- QS. Al-An'a: 76-79. Tentang Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang membebaskan dirinya dari orientasi kehidupan yang melenceng
- QS. Al-A'raf: 127 & QS. Al-Baqarah: 49. Tentang Nabi Muha 'alaihissalam yang membebaskan kaumnya dari kedzaliman Fir'aun, penindasan wanita, ketidakadilan penguasa kepada rakyat.
- QS. An-Nasr & QS. Al-Fath: 1-4. Kisah tentang Fathul mekah, kembalinya Kota Mekah dari kaum Quraisy setelah Perjanjian Hudaibiyah, perjanjian yang tidak adil dan sangat menyengsarakan kaum muslimin saat itu
- Makna kemenangan lain dalam QS. Al-Mu'minun: 1 - 11 yang beriman kepada Allah, yang khusyuk shalatnya, menjauhkan diri dari yang tidak berguna, menunaikan zakat, menjaga kehormatan, bertanggung jawab atas amanah, dan menjaga sholatnya hingga mencapai kemerdekaan dan kemenangan hakiki, Surga Firdaus.


Hakikat Kemenangan dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
1. Membebaskan umat manusia dari kebingungan mereka pada orientasi kehidupan dunia. Tentang siapa pencipta manusia, kenapa manusia diciptakan. Berpedoman pada Al-Qur'an, hadits, dan mempelajari Sirah Nabawiyah
2. Terbebas dari penindasan ekonomi menuju hidup yang sejahtera. Tidak ada kekhawatiran soal rejeki karena sudah dijamin Allah, berbuat baik kepada sesama, memperhatikan tetangga, zakat, sedekah, dsb.
3. Terbebas dari kedzaliman sosial. Tidak ada diskriminasi, perintah untuk selalu berbuat baik, saling menyayangi, daling membantu, dan mendoakan sesama muslim. 

(Kalo dari pengertian ini rasa-rasanya Indonesia belum merdeka sepenuhnya yaa.. Masih ada disorientasi kehidupan, masih banyak kemiskinan, diskriminasi, dan lain sebagainya. Wallahua'lam Semoga kita selalu diberi hidayah untuk mendoakan yang terbaik untuk negeri ini)

Merdeka itu tentang value, bukan menjadi pembenaran kita melakukan sesuatu, "aku bebas melakukan ini, aku jiwa yang merdeka". Makna merdeka justru kita dapatkan setelah kita menerima diri kita sebagai hamba yang diciptakan, diatur, kita memiliki raja dari segala raja, Maha Pencipta, Pemilik, Pengatur, tempat paling sempurna untuk bergantung dan meminta segala sesuatu.

Adalah ketika kita terbebas dari semua yang membebani, menyengsarakan hati, terbebas dari penjajahan hawa nafsu dan syahwat, terbebas dari ekspektasi manusia, terbebas dari kebodohan (penjajahan pendidikan) dan perasaan dibodoh-bodohi, juga penjajahan waktu karena kebiasaan unfaedah, segala sesuatu yang membuat hidup kita jadi lebih bermakna. Itulah merdeka yang sesungguhnya

Kartika F. Astuti, aktivis sekaligus dokter, pada pemaparan sesi yang lain menjelaskan pengertian merdeka dalam dua pengertian: 1) hati dan 2) tangan dan kaki yang produktif
Merdeka bukan sekedar merasakan kebebasan dari segala yang membelenggu hati dan jiwa, tapi juga bisa berkontribusi. Terbebas dari segala penghambaan kepada makhluk, kepada dunia tapi tidak bisa semena-mena.

Ketika hati ikhlas menerima, tindakan pun akan mengikuti. Bahwa segala spikiran dan ikhtiar kita hanya untuk Allah. Segila apapun berjuang, tidak akan berkah bila bukan untuk Allah, tidak akan ada artinya tanpa ridha Allah

Kemerdekaan adalah bagaimana menjadi pribadi yang produktif, impian melangit, dan tangan kita membumi. Produktif tanpa melibatkan hati maka tidak akan bermakna. Tapi hatinya untuk Allah aja yaa siist, jangan ke makhluk, dunia apalagi

"Waktu adalah milik Allah,. Jangan merasa Allah merebut waktu kita, karena bila Allah sudah berkehendak, Allah permudah itu semua"
- Kartika F. Astuti


Komentar

Postingan Populer