Ujian Hidup: Masalah Ekonomi
Banyak cerita teman yang menyinggung soal ekonomi. Hari ini bisa bahas ini karena kami juga pernah mengalami di masa covid yang lalu. Masa ketika pemasukan udah bukan lagi tidak menentu tapi nol. Bahkan ga bisa ngasih orang tua entah berapa waktu lamanya. Pernah kami memilih untuk tidak kondangan karena duit di dompet sisa pas-pasan. 'Ala kuli haal.
Aku bukan mau bahas caranya mengatur keuangan. Tentu setiap kalian sudah pandai dalam mengatur keuangan dalam rumah tangga masing-masing. Kali ini aku hanya ingin mengajak teman-teman untuk berfikir dan merefleksi bersama. Bahwa masalah ekonomi adalah masalah yang paling bisa disederhanakan: ada uang beli, ga ada ya ga beli.
Hidup ini soal batasan dan prioritas bukan? Begitu juga dengan arus keuangan. Kuncinya terima dulu, terima aja, berapapun yang ada, syukuri berapapun yang Allah kasih. Karena prinsipnya makin bersyukur maka Allah tambah. Jadi kita harus qanaáh.
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." QS. Ibrahim: 7.
Tahan diri meskipun ada banyak yang ingin kita miliki dan ingin kita capai. Karena masalah ekonomi muncul ketika kita ga bisa menentukan mana prioritas dan merasa bertanggung jawab atas hal-hal yang sebenarnya bukan tanggung jawab kita. Ada uang kita kasih, ga ada uang ya ga ngasih. Jangan memaksakan diri. Jangan sampai kita membantu orang lain dalam posisi diri kita sendiri kesulitan. Ya baguss kalo kita bisa mengalami kesulitan itu dengan lapang dada. Tapi biasanya, kebanyakan, dijalani dengan mengeluh. Jadinya apa? Yaaa ga ikhlas. Grundeng lagi.
Ketika ekonomi sulit, udah bukan lagi pake konsep belanja dengan mindful tapi press pengeluaran yang bisa dipress. Karena ternyata di realita kehidupan ini ada yang rela berhutang demi memenuhi ekspektasi orang tua, ada yang berhutang karena terjerat riba, menutup riba yang satu dengan riba yang lain. Ada yang dengan kesadaran penuh terlilit hutang demi memenuhi gengsi. Gak nyaur-nyaur tapi dia sendiri dan anaknya yang masih balita pake set perhiasan emas yang gak abis-abis. Tidak banyak yang menyadari bahwa dirinya telah disibukkan dengan hal-hal yang tidak perlu (bahkan haram) dan mengabaikan yang seharusnya menjadi prioritas.
Banyak-banyak bersabar dan berdoa sama Allah. Menata keuangan dengan membuat batasan tegas dan menentukan prioritas. Latih diri untuk qanaah. Karena perkara dunia ini hanya sementara dan nilainya tidak lebih berharga dari sayap nyamuk.
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri" QS. Ar-Ra'd: 11
Diantara sabar yang harus juga dilakukan adalah tawakal, ikhtiar. Tidak ada solusi lain kecuali membuka kran pemasukan baru di jalan halal yang Allah ridhai. Jangan menutup hutang dengan hutang yang lain. Segera bertaubat, memperbanyak iistighfar. Semoga Allah memberikan jalan keluar bagi teman-teman yang sedang berjuang dengan masalah ekonomi saat ini.
"Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka" (HR. Ahmad)
"Kamu enak, punya privillege"
Gini, gini. Ku kasih tau. Dari awal nikah, kami ga punya tabungan, terkuras habis untuk proses nyusul ke Mekah (berkas visa, tiket, dll) dan tinggal di sana selama 6 bulan yang tidak murah. Jujur hidup kami di sana pas-pasan. Di saat yang sama aku juga resign dan sama sekali ga dapat pesangon, bpjs ketenagakerjaanpun tidak.
Ketika masa visa habis, balik ke Indonesia sampai jelang lahiran Aisha. Masuklah jaman covid ini. Suami mulai gak kerja berbulan-bulan. Dana kembali habis untuk persiapan lahiran dan akikah (yang aku utamain banget - pokoknya ga mau ikut urusan dan urunan 4 bulanan 7 bulanan yang dirayain orang tua kami). Lalu suami resign dan pulang ke Indonesia ketika Aisha 3 bulan hingga sepanjang covid berlangsung selama 2 tahun. Selama itu pula, suami tidak bekerja dan coba merintis usaha dirumah. Diwaktu ini tidak hanya tabungan yang habis tapi juga aset-aset kami pun dijual mulai dari laptop dan ipad suami, sampai cincin tunangan dan perhiasan mahar pun dijual habis untuk modal dan bertahan hidup. Barakallahu fiik, para tim perintis yang jualan mahar untuk bertahan hidup. Seseru itu ya hidup kita wkwk
Gak kepikiran buat makein Aisha perhiasan emas. Waktu bayi Aisha cuma pake gelang monel (yang klaimnya bisa menyerap demam, itupun beli karena dapet voucher) dan sepasang anting yang juga dikasih saudara dan dicopot saat Aisha 2 tahun karena iritas dan ga mau make lagi sampai sekarang. Jangankan emas, pospak aja ga beli karena aku pilih pake clodi. Jangan dipikir gimana repotnya. Waktu nb masih pake popok kain, aku bisa nyuci sampai 15-20 pcs sehari termasuk bedongnya buat alas ompol. Susu juga termasuk ringan karena Aisha cuma minum sufor sehari 2 kali. Masuk MPASI aku stop sufor dan fokus ke real food.
Cuma masu kasih tau kalo ini bukan soal privillege tapi mindset: gimana kita ngatur keuangan dengan prioritas yang ada. Kuatkan prinsip, turunin malu dan gengsi. Ternyata ada banyak pengeluaran yang bisa diakalin kalo kita mau repot. Mau repot enggaa?? Ya iya sih pilihan. So, choose your problem.
Jalan Keluar Hutang Riba
Jalan keluar riba adalah Taubatan Nasuha. Jangan diulangi lagi. Pasti Allah tolong dengan berbagai cara-Nya yang mengagumkan. Tapi mulanya kita harus yakiiiun dulu. Kalo iman kita masih belum hijrah, ya mulai hijrah mindsetnya.
Karena masih banyak yang mikir, "kalo ga gini (hutang bank/pay later) ya gak punya apa-apa"
Kenapa ga mikirnya, ''ya mending ga punya apa-apa timbang riba"
Ingat, dunia tidak lebih berharga dari sayap nyamuk, kata Rasulullah.
Bisa banget lhoo idup di bawah umr (di dusun). Bisa banget lhoo nabung dulu sebelum beli kebutuhan tersier. Bisa banget lhoo idup meski ga pake perhiasan, bisa banget lhoo idup ga punya barang branded, gak beli baju tiap taun, cuma punya tas 2, sepatu 1, motor butut juga yang penting masih bisa jalaann..
Ku jalani itu semua dengan bahagia karena apa bun? Prinsip-prinsip hidup minimalis. Kuncinya ya itu tadi, sabar dulu, tahan diri dulu, syukuri yang ada. Perbanyak amal shalih karena Allah, belajar ikhlas karena Allah. Pasti Allah kasih jalan keluar dan ganti yang lebih baik dari perjuangan kesabaran itu.
Jadi sebenarnya hidup tenang itu bukan yang bisa beli apapun yang dimau tapi yang bisa menyederhanakan hidup. Allahuma barik.
Lagipula, hutang riba itu tidak akan pernah menjadi solusi. Riba itu dosa besar yang ga cuma menghilangkan keberkahan hidup tapi juga mengantar kita ke dalam neraka.
"Sesunggunya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri" QS Yunus: 44.
Alhamdulillah, sekarang mikirnya juga masih "kalo bisa beli bekas, ngapain beli baru"
Berbulan-bulan mikir pengen beli setrika uap ga jadi-jadi co. Akhirnya ada yang jual preloved. "Kok bisa pas sih sa?" Ya bisa.. ngandelin siapa bu? Ngandelin Allah. Sudahkah kita menengadahkan tangan kita untuk meminta kepada Allah dalam setiap ingin kita?
Jangankan setrika uap, sandal putus sama garem aja berdoa.
"Mintalah kepada Allah bahkan meminta tali sendal sekalipun"(HR. Al-Baihaqi)
"Dahulu para salaf meminta kepada Allah dalam shalatnya, semua kebutuhannya sampai-sampai garam untuk adonannya dan tali kekang untuk kambingnya"(Jami'Al Ukum wal Hikam)
Apalagi hal-hal besar yang kita fikir ga mungkin. Mungkin!! Jangan malu, jangan ragu, medeng ke atas. La hawla walla quwwata illa billah.
Komentar
Posting Komentar