Perihal Jodoh - PART 4 "Banyak Tambahan"
Pembahasna terakhir, in syaa Allah, untuk sementara. Mungkin selanjutnya bisa nambah lagi pembahasan pernikahan ini. Kalo ngurang sih pasti engga bakalan. Sebab pernikahan adalah pembahasan yang tiada habisnya.
Kembali kepada Niat
Lagi dan ga bosen-bosen ku bilang, "hati manusia terbolak-balik, iman naik turun". Sebab manusia itu dinamis. Prinsip yang begitu kokoh pun bisa tumbang gitu aja diterpa kehidupan atas kuasa Allah
"Ingat semangat pertama ketika pertama memulai", kata ku pada diri ku sendiri, selalu, di kala goyah, seriing. Dalam setiap ikhtiar apapun, apalagi rumah tanggaa. Ibadah terlama di sisa usia kita.
Kenapa kita memulai pernikahan?
Kenapa mau menikah?
Kenapa memilih dia?
Untuk apa mengambil keputusan menikah?
Apapun alasan dan niatnya, ada spirit di sana yang harus terus ditumbuhkan sepanjang perjalanan pernikahan. Kunci istiqomah adalah sadar diri untuk komitmen.
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju" (HR. Bukhari No. 1 dan Muslim No 1907)
Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah: (1) mujahid fi sabilillah, (2) budak yang menebus dirinya demi menjaga kesuciannya, dan (3) orang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya." (Hadits Hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/), An-Nasa-i (VI/6), At-Tirmidzi (no. 1655), Ibnu Majah (no 2518), dan Al-Hakim (II/160, 161), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Lihat al-Misykah (no 3089))
Bahwa menikah dapat menyempurnakan agama kita. Karena ada banyak keutamaan yang hanya bisa diraih dengan pasangan halal. Yap, hanya bisa diraih dengan status sebagai suami dan istri seperti dalam hadits di atas yang adalah satu dari sekian banyak hadits yang membahas soal pernikahan dalam sisi syariat. Ibarat kata dengan menikah, kita sudah memegang tiket menuju surga atau bisa juga menuju neraka, tinggal gimana amalan kita aja.
Semakin bagus akhlak dengan pasangan maka semakin sempurna iman kita. Mukmin yang paling baik, mukminah yang paling baik yang dapat meraih surga hanya dengan pasangannya. Bukan berarti yang wafat sebelum menikah tidak bisa meraih surga. Wallahua'lam bishawab. Surga neraka itu kuasa Allah, tapi dengan menikah kita sudah melengkapi hati dan iman dalam kehidupan kita di dunia ini in syaa Allah tenang. Definis QS. Ar-Ruum:21 yang sesungguhnyaaa
Niat menikah karena manusia, hanya akan membawa kita pada kesengsaraan, kekecewaan, sakit hati yang tidak berujung. Ketika kita menaruh harapan pada manusia maka selanjutnya yang kita rasakan adalah "kok dia begitu, sementara aku kan dah begini", misaaaal. Yaaa, karena manusia itu dinamis, berubah. Seringkali yang nampaknya begini begitu diawal tidak sama seperti pada akhirnya (ngerti gaa?) Kecewa lagi dan kecewa terus. Dah pasti ni. Karena manusia itu juga makhluk ciptaan, tidak layak kita gantungi harapan. Jangan pernah bergantung sama manusia, urusan remeh temeh sekalipun. Jangan pernah.
Ketidaksempurnaan manusia membuat kita membutuhkan Allah. Hanya Allah yang bisa nguatin kita. Niat karena Allah adalah niat paling kuat, insyaa Allah, yang bisa menembus segala takut dan melibas habis segala kekhawatiran. Dunia itu apa si beps? Tidak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk.
Yang perlu kita ingat adalah, urusan pernikahan ini bukan sekedar dunia, tapi juga akan sampai ke akhirat, menjadi pertangungjawaban suami atas keluarga, tanggung jawab istri atas rumah, suami, dan anak-anak. Kekhawatiran kecil ya wajar. Seperti ku dulu yang nikah hanya dalam waktu 10 hari, mustahil kalo sama sekali gak khawatir. Bahkan sempet kepikiran kalo pria ini semacam psycho atau pedofil. Na'udzubillah. Tapi apa yang ada di kepala saat itu justru masih bisa berfikir positif "gak papa kok kalo nanti ku disiksa, Allah ada. Aku kuat. Aku berani. Ada Allah" Seolah-olah menyerap spirit Asiyah istri Fir'aun. karena benar-benar setulus itu niat ibadahnya. Tapi itu duluuu... Kalo sekarang, Ya Allah, beda lagi, bahkan berani ngomong, "baang, ada dua hal yang gak bakal bisa aku terima sampai kapanpun adalah main fisik dan main wanita. Jadi kalo kamu mau nikah lagi bilang aja. Lagipula selingkuh itu dosa" Maksud aku kalo beliau mau nikah lagi ya kerjakanlah dengan tujuan yang jelas dengan pertimbangan dan cara-cara yang syari karena poligami kan sakral sekali.
Pada intinya segitu bolak-baliknya hati aku. Sebelumnya bisa yakin banget. Selanjutnya bisa kelewat yakin sampe kebangetan. Jangan ditiru yaaa
"Inget semangat pertama ketika memulai"
Pernikahan itu kadang lucu. Apalagi kalo udah punya anak. Suka tiba-tiba keinget sama yang sudah-sudah. Soal impian tinggi (yang harus dikubur dalam-dalam, misal) sekaligus omongan orang yang harus ditelan mentah-mentah, padahal biasanya gak ngaruh tuh. Misalnya,. Kalo sebelumnya masih mikir untuk diri sendiri dan menjadi seidealis itu, sekarang mikirnya buat 3 orang (itupun kalo pada mau diatur), jadi dipikiiir banget dari ujung ke ujung.
Mungkin kita menyadari bahwa kita sudah melewatkan banyak kesempatan dalam hidup, tapi lebih banyak hal lagi yang belum dilakukan. Selalu ada kebaikan yang bisa disyukuri. Fokus pada hal baik dan apa yang sedang dihadapi sekarang. Mendidik anak salah satunya. Mencetak generasi beriman adalah pencapaian terbaik dan tertinggi dalam peradaban. Sebuah tanggung jawab besar seorang ibu. Al-Madrasatun Al-ula
"Inget semangat ketika pertama kali memulai"
Bersyukur sekali, islam mengatur bahwa mahar ditentukan berdasarkan pilihan perempuan. Ini sih saran aku aja. Pilihlah yang bener-bener kita butuh sekaligus menjadi "bekal" dalam menjalani rumah tangga. Bener-bener bekal yang kalo inget itu bisa jadi pengingat kita untuk lebih bersemangat lagi mengarungi bahtera. Jangan asal waw apalagi biar viral. Buat apa faedahnya. Nah kan, niat!
Selalu ingat bahwa rumah tangga adalah ibadah. bercanda dengan istri adalah ibadah. Melayani suami apalagi. Mendidik anak lebih-lebih. Betapa islam sangat memperhatikan pendidikan keluarga dengan berbagai keutamaan yang saayaang banget kalo niat kita nikah hanya sebatas dunia. Sayaang banget kalo kita ga niat karena dan kepada Allahbukan menjadi yang utama. Sebab dari sanalah letak keberkahan, rasa tentram, cinta dan kasih sayang tumbuh dalam pernikahan (sakinah, mawaddah, wa rahmah, lagi-lagi dalam QS. Ar-Ruum: 21)
Memahami pasangan sebagai pakaian yang menutup aib dan aurat kita. Kelebihan dan "bobrok"-nya biar kita sendiri yang tau. Karena kita tidak tau penglihatan apa yang dihasilkan orang-orang yang memandang kehidupan kita. Apakah jadi penyakit dalam hati mereka terserha hasad, iri, dengki, ataukah menjadi 'ain untuk kita. Atau bahkan mereka terfitnah dengan kebaikan pasangan kita "wah gantengnya suami dia", "wah baiknya suami dia" hingga akhirnya berdoa, "semoga nanti suamiku kaya dia" atau lain lagi, "semoga suaminya jadi suamiku juga" nah lhoo kan wkwk
Yap, islam itu semurni ituu, sehalus itu, selembut itu, wahai shalihaa.. Tidak ingin kaum mukminin dan mukminah terseok hatinya, kotor oleh prasangka-prasangka yang memperdaya dan melalaikan dan menganiaya. Muhasabah lagi, muhasabah terus. Bisa jadi semua masalah dapat terjadi karena kekurangan kita dalam menjaga kehormatan rumah tangga kita sendiri.
Terkahirr.. Jangan susaaah., Jangan dijadikan beban. Jangan pula terlalu berambisi untuk menjadi sempurna. Tidak apa-apa itu biasaaa
Allah subhana wa ta'ala berfirman, "... Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya" (QS. Ath-Thalaq: 4)
Terkahir lagiii..
Selain kewajiban untuk tidak mengumbar aib (ngeluh). Jangankan ngeluh yang baik-baik aja harus pandai-pandai disimpan (tidak umbar mesra). Hal penting lain adalah menundukkan pandangan. Yaap, tidak usahlah liat rumah tangga orang lain. Cukup rumah kita sendiri ajaa. In syaa Allah akan jauh lebih menawan semua yang kita miliki ketika kita mampu menundukkan pandangan. Kalo engga yaa bakal jadi penyakit, "kok suamiku gak gini", "kok kita gak gitu kaya si suaminya nganu", ujungnya jadi berandai-andai, "andai kisahku begini begitu". Berandai-andai itu temen setan! Repot ini! Kelalaian yang dapat merusak amalan. Na'udzubillah
...
Saudariku, terimakasih sudah berkenan membaca tulisan yang begitu panjang ini
Maafkan banyak typonya
Kebenaran hanya milik Allah. Kesempurnaan hanya milik-Nya
Semoga Allah mengampuniku dan kekeliruanku dalam berfikir dan bertutur
Semoga Allah senantiasa menguatkan hati kita wahai shalihaa
Semangat ibadah semoga Allah beri istiqomah
Barakallahu fiikunna
Jazaakunnallahu khayran
"Dia bersamamu, dimanapun kamu berada. Dan Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Hadid: 4)
Komentar
Posting Komentar